Kisah Nyata - Namaku Ginting, aku seorang anak yang berasal dari keluarga yang tergolong mempunyai ekonomi menengah keatas. Dimana Ayahku selalu sibuk dengan pekerjaanya dan Ibuku sibuk dengan arisan dan shopingnya. Dari kecil aku selalu dirawat oleh baby sisterku yang bernama Mba Marni. Pada sampai suatu hari aku melakukan skandal Sex dengan Mbak Marni.
Ditengah asiknya kami menonton Film Bokep, ternyata Mba Marni mengintip kami yang sedang menonton Film bokep itu. Saat itu Mba Marni mengintip dari celah pintu yang tdk tertutup rapat dan yang tahu mba marni mengintip hanya aku. Oh iya aku hampitr lupa, Mba Marni ini menjadi baby sisterku sejak dia berumur 19 tahun dan Usia Mba Marni ketika itu 27 tahun dengan status masih singgle ( belum menikah ).
Karena pengaruh film Bokep itu, tiba-tiba naluri lelaki keluar begitu saja. Aku ingin sekali melakukan sex seperti yang ada di dalam kaset DVD bokep yang kutonton bersama dengan teman-temanku tadi. Karena pada saat itu wanita yang ada hanya Mba Marni, maka aku berniat ingin mepraktekanya dengan Mba Marni. Kemudian aku mulai mencari alasan kepada teman-temanku untuk menyusul Mba Marni,
“ Eh teman-teman, Maaf yah Gue tinggal sebentar, Gue mau ke toilet dulu, ” ucapku,
“ Oke Nting… jangan lupa pintunya ditutup yaaa!!! ”, jawab salah satu temanku.
“ Okey bro, tenang aja, ”, jawabku.
Kemudian aku bergegas untuk keluar dari kamarku, dan ketika aku keluar Mba Marni yang ketika itu Masih berada di samping pintu kamarku kaget dengan keberadaanku dengan di iringi nafasnya yang tdk teratur.
“ Hmm… ma… ma… ada Den Ginting ternyata ”, ucap Mba Marni menyapaku sembari membenarkan posisi berdirinya.
“ Mbak ngapain disini, pake ngintip-ngintip lagi ? ” tanyaku dengan maksud menegurnya.
Pada saat itu dalam hatiku berkata “ wah, kesempatan nih buat Gue praktekin hal yang di kaset DVD bokep tadi “.
Kemudian dengan perlahan-lahan pintu kamarku aku kunci dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mba Marni.
“ Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala. ”
“ Hmm… hmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Den Ginting ”, jawabnya.
“ Nanti aku bilangin ayah dan ibuloh, kalo Mba Marni ngintipin Ginting ”, ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas
Mba Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah,
“ Mba Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa? ” tanyaku.
“ Mbak, ingin kasih minum teman-teman Den Ginting. ”
“ Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas ”, tanyaku dan memang Mba Marni ke atas tanpa membawa minuman.
“ Hmm… Hmm… ” ucap Mba Marni mencari alasan yang lain.
Dengan kebingungan Mba Marni mencari alasan yang lain dan tdk disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk badan dan buah dada Mba Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.
“ Kesini deh Mbak !!!” ucapku,
Lalu diapun mendekat,
“ Lebih dekat lagi dong mbak !!! ” suruhku lagi,
Karena memang Mba Marni mendekat de ngan sedikit malu-malu dan Masih jaga jarak, akupun menyuruhnya untuk lebih dekat lagi,
“ Cepetan Mba lebih dekat lagi !!! gitu aja lama banget sih , ”
Mba Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa buah dadanya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mba Marni berada di selangkanganku.
“ Den Ginting mau apa ”, tanyanya.
“ Den, mau diapain Mbak ”, tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
“ Udah, jangan banyak tanya ”, jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
“ Jangan Den… jangan Den Ginting ”, pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sisterku.
“ Jangan Den Ton, jangan… jangan… ” tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.
Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang buah dada Mba Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.
“ Jangan… jangan Den Ginting ”
“ Akh… akh… jangan, jangan Den ”
“ Akh… akh… akh ”
“ Jangan… Den Ginting ”
Aku mendengar Mba Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku.
“ Ohhh… ahhhh… Den… Den Ginting… tangan ber… ” tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan.
“ Ouh… ouhh… Ahhh… ” desahan nafas Mba Marni seperti lari 10 km.
Kupegang tangan Mba Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mba Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.
“ Oouhhh…ssss… ahhh… Mba… Mba ”
“ Teruss… Ahhh… Mba ”
“ Ton… Ton… Ginting, saya tdk kuat lagi ”
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mba Marni tiduran di bawah meja makan. Mba Marni telentang di lantai dengan buah dada yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mba Marni.
Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukan ke dalam celana dalam-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang Vaginanya.
“ Mbak, dibuka yah celananya.” Mba Marni hanya mengangguk dua kali.
Sebelum kubuka, aku mencoba memasukantelunjukku ke dalam liang Vaginanya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil anjingku.
“ Ssss… ahhhh… euhhhh ”
“ Cepat dibuka ”, pinta Mba Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang Masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film DVD bokep yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang Vaginanya.
Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang Vaginanya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.
“ Ahhhh… Ton… ”
“ Mbak mau kelluaar… ”
Aku tdk tahu apa yang dimaksud dengan “ keluar ”, tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang Vaginanya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang Vagina Mba Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang Vaginanya.
Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang.
“ Zlebb…. Zlebbb… ” Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.
“ Ton… Ton pellann dongg… ” Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya.
“ Zlebb… Zlebb ” dan,
“ Eghhh… eghhh… ”, suara Mba Marni tertahan saat kemaluanku Masuk seluruhnya ke dalam liang Vaginanya.
“ Ton… Ton… pelaan… ” Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tdk mendengar ucapan Mba Marni.
Maka kupercepat gerakanku.
“ Eghhh… eghhh… eghhh… tolong… tolong Ton pelan-pelan ”
tdk lama kemudian,
“ Den Ginting, Mba keluaar laagi ”
Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan Vagina Mba Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk Masuk seluruhnya ke dalam liang Vagina Mba Marni. Kudekap erat badan Mba Marni sehingga agak tersengal-sengal, tdk lama kemudian,
“ Croot… croot… crottt ” air maniku Masuk ke dalam liang Vagina Mba Marni.
Setelah Mba Marni 3 kali keluar dan aku sudah keluar, Mba Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mba Marni menuruti permintaanku. Sisa air maniku disedot oleh Mba Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama 3 jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi.
“ Ginting… tolong bukain dong, pintunya ”teriak mereka,
Maka cepat-cepat kuminta Mba Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas Ibuku pulang naik Taxi.
Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh Ibuku lalu kusuruh pulang. Setelah seluruh temanku pulang dan Ibuku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mba Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.
“ Mbak, maafin Ginting yah! ”
“ Nggak apa-apa Den Ginting, Mbak juga rela kok ”
“ Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga ”, jawab Mba Marni.
Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mba Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mba Marni bersedia melakukannya.
Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mba Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMK. Papa dan Ibuku memarahiku, karena hubunganku dengan Mba Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mba Marni, Mba Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.
Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mba Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mba Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabar Ginting Juniorku.
0 comments:
Post a Comment