Kisah Nyata - Ini adalah kisah Sex nyata pribadi saya, pada bulan puasa ini saya sengaja share cerita sex saya pada situs web dewasa ini. Bagi para pembaca yang sering membaca cerita dewasa, atau cerita sex, kali ini saya akan membagikan kisah nyata saya dan tanpa ada skenario. Saya curhat lewat situs dewasa ini, karena saya tidak punya keberanian untuk terus terang pada teman, saudara atau orang tua saya. Saya lugu dan polos, mungkin ini kelemahanku saat saya tidur dengan sopirku. Nama saya Elisa Putri Abas, usia saat ini 21 tahun, dan domisili asli saya dari Bandung. Saya tinggal di salah satu perumahan elit di Bandung, dan status saya saat ini sebagai mahasiswi sastra inggris di salah satu Universitas negri di Bandung.
Teman-teman kampusku sering berkta pada saya, bahwa saya termasuk wanita cantik dan beruntung. Mengapa mereka bisa berkata seperti itu? karena saya mempunyai postur tubuh yang bisa dibilang proporsional (semua ini kata teman-teman deket saya). Tapi kelebihanku itu semua percuma saja, karena sampai sekarang saya belum punya pacar karena nggak boleh pacaran sama orang tuaku. Di rumah kami tinggal berlima saya dua bersaudara dengan adikku dan kedua orang tua saya satu lagi pembantu sekaligus sopir pribadi keluarga saya sebut saja mang Ujang (nama samaran), usia-nya hampir seusia Papahku yaitu sekira 48 tahunan.
Kejadian gila itu terjadi kira-kira beberapa bulan lalu pada saat bulan puasa. Ketika itu dirumahku hanya ada saya dan mang Ujang saja, Mamah,Papah, dan Dini (adikku perempuanku) sedang ke Bogor. Mereka berangkat hari sabtu subuh setelah makan sahur. Karena Papah serah terima jabatan di Pemda Bogor dan mereka menginap selama 2 hari,sedangkan saya mesti kuliah semester pendek, jadi ga bisa ikut deh. Jadi dirumah saya hanya ditemani supir kami yaitu mang Ujang. Dia dirumah karena dia beri tanggung jawab oleh Papahku untuk menjaga saya .
Ketika itu saya dan mang Ujang berada di ruang bawah. Setelah keberangkatan mereka, saya kembali lanjutkan tidur sementara mang Ujang beres-beres di ruang bawah. Inilah awal mula kejadian gila terjadi. Bermula ketika saya mau mandi di ruang bawah, saat itu saya mau kuliah jam 7.30, sedangkan saat bangun jam 7.00 saya agak santai saat itu karena selain jarak kampusku deket juga ada mobil kesayanganku itu yang selalu menemani saya kemanapun.
Seperti biasa, ketika mau mandi saya langsung membuka daster, dan kebiasaan saya kalau saya sedang memakai daster saya selalu tidak mengenakan Bra dan Celana Dalam. Jadi hanya baju tidur aja, demi kesehatan, begitu menurut Mamahku. Asal tau aja kalau tubuhku seperti yang dikatakan teman-temanku itu betul-betul proporsional dengan ukuran Bra 34B yang menutupi payudara saya dan saya mempunyai pinggang yang agak bulat serta kulitku yang putih mulus tanpa cacat kalau disamain, kata teman-temanku saya ini mirip dengan Asmiranda.hhe. Setelah telanjang gitu saya mencoba buka kran sower, tapi ketiaka saya sudah membuka kran, air nggk keluar dari kran itu. Seketika itu saya agak jengkel, kemudian saya setengah teriak untuk memanggil mang Ujang,
“ Mang Ujang…. Cepetan kesini ” ,
Dengan spontan mang Ujang-pun datang terburu-buru. Saya lupa saat itu udah poisisi saya sudah telanjang dan pintu tidak terkunci. Tidak lama setelah Mang ujang datang, mukanya langsung memerah padam karena melihat saya telanjang bulat di hadapannya, saya-pun malu, spontan tanganku menyambar kain daster di gantungan dan bilang ke dia kalau sower tidak jalan, lalu dia terbata-bata mengatakan,
“ maaf Non,mamang lupa bukain jet pump di dapur “ , ucapnya,
“ cepet mang bukain udah dingin nih!! ” uajrku,
Dia-pun menganguk dan dia dengan setengah berlari ke arah dapur, setelah menyala sowernya itu lalu saya semprotkan sower air panas ke bathtub dan saya langsung agak loncat ke bathtub tanpa ada rasa lupa mengunci pintu toilet tersebut. Setelah selesai mandi saya lupa kalau saya gak bawa handuk lalu saya panggil mang Ujang tapi saat itu posisiku masih didalam bathtub berbusa tentu saja telanjang, tak lama dia datang dan dengan meminta ijin dia masuk ke toilet dengan hati-hati sekali,
“ mang tolong bawain handuk bunga-bunga yang warna merah di kamar, ” perintahku,
Begitu katsaya saat itu, dia mengangguk dan langsung ke kamarku lalu saya tersenyum sendirian melihat tingkah lsaya mang Ujang barusan yang hati-hati sekali dan malu-malu tertunduk itu, sekilas ada hasrat untuk mengerjainya waktu itu. tidak berapa lama dia muncul membawa handuk lalu saya keluar dari bathtub dengan posisi membelakangi dia sehingga yang dia lihat punggung mulusku saat itu (tentu saja saat itu saya masih telanjang bulat) dengan suara agak gemetar dia bilang gini
“ sudah ya Non ini handuknya! ”
“ Bentar dulu mang, mendingan mamang yang menghanduki saya biar tahu sekali-sekali rasanya menghanduki wanita “
Begitu awalnya saya mengerjainya,o ya asal tau aja kalau mang Ujang itu adalah duda tanpa anak sejak 7 tahun lalu. Semula dia keliatan ksaya dan ragu ragu untuk melsayakannya, saya tahu karena ketika itu saya melihat dari cermin didepanku walaupun ketika itu saya membelakangi dia. Dengan wajah tertunduk dan mimik muka yang malu-malu lalu dia mengusapkan handuk ke punggungku yang masih berbusa sabun, dan cukup lama dia mengusap-usap punggungku.
“ seluruhnya donk mang, dari rambut ke kaki paling bawah ” ucapku,
“ I…ii… iya. Non sebentar ” dia terbata-bata menjawabnya.
Sekilas saya sempet tertawa kecil karena merasa senang udah kerjain dia, lalu dia mengusapkan handuk dari rambut ke leher, lembut sekali, bahu punggung dan di posisi pinggang dan bokong (belahan anus) agak lama menghandukinya, sekilas terasa seperti diusap-usap lembut dan ada rasa enak ketika dia menghanduki daerah deket anus, lalu ke paha belakang dan terakhir di kaki bawah. Saat itu terlintas saya mau menyudahinya karena mungkin waktu sudah jam 19.00 pikirku.
Namun entah setan apa yang merasuki saya saat itu sehingga ada pikiran nakal lagi mau mengerjainya lebih, dan secara refleks saya berbalik badan dan saat itu kontan dia terbelalak kaget dengan posisi tubuh telanjangku menghadap dia yang masih memegang handukku itu lalu dia tertunduk dan saya langsung berkata seperti ini,
“ mamang sekarang membersihkan dan menghanduki bagian depan ya mang!! ” begitu suruhku sambil agak setengah ketawa (habis ga tahan tingkah lsaya dia yang ksaya itu).
Kemudian diapun menghanduki badan bagian depanku mulai dari rambut lalu wajah (saya tertawa kecil saat dia handuki wajahku) tapi yang saya tahu dia tetap tertunduk, dan setelah wajah ke leher lalu (saya agak deg2an saat itu) dia menghanduki bagian dada kiri kananku agak lama (sejenak dia agak terhenti saat menghanduki daerah dada) dan saat itu juga saya berhenti ketawa2 kecil dan ada rasa aneh yang belum pernah dirasakan saat mang Ujang menghanduki dadsaya.
Soalnya selama ini kalau sama sendiri rasanya biasa2 aja, tapi pas sama orang lain yang menghandukinya jadi agak lain rasanya, ada perasaan enak dan nikmat sementara saya seperti dibius saja terpejam beberapa saat tanpa sadar berkata seperti ini,
“ hmmm.hmmm.hmmm ”
Dengan spontan mang Ujang bertanya padsaya,
“ kenapa Non ? Non Elis marah ya sama mamang? ”
Dia mencoba untuk menegakan kepalanya yang agak melihat ke wajahku yang lebih jangkung dari dia, dan dia semakin berani malah saat itu menatap wajahku ,saya menggeleng dan berkata
“ Nggak kog mang, saya nggak marah cuman ” saya ga meneruskan kata-katsaya saat itu, lalu dia bertanya lagi
“ cuman apa Non? bilang sama mamang ? ” suaranya seperti ketsayatan bila saja saya akan memarahinya.
Lalu saya teruskan kata-katsaya,
“ cuman ada perasaan enak di elus-elus gitu mang!! ” jawabku polos,
Pada saat itu tanpa ada rasa malu kalau ternyata saat itu adalah pertama kalinya saya terangsang secara seksual. Gilanya lagi oleh pembantu sekaligus sopirku mang Ujang. Mang Ujang malah senyum setelah saya ungkapkan kepolosanku itu lalu berkata gini
“ Nah, Non… mamang tau sebenarnya kalau Non Elis ini mau ngerjain mamang, sekarang malahan Non Elis sendiri yang mulai terangsang !!! ”
Begitu katanya dengan logat sunda yang kental sambil tetap tangannya memutar-mutar dadsaya kiri kanan dengan handuk. Padahal kalau saya lihat udah kering dadsaya itu, justru yang masih basah adalah bagian perut dan kemaluanku yang agak masih jarang bulu2nya hanya bulu halus seperti rambut, lalu saya memegang tangan mang Ujang dua-duanya dan berkata,
“ cukup mang, Elis kesiangan nih kuliah udah telat dari tadi ” , lalu mamang menganguk dan melilitkan handuk itu ke tubuh saya seperti saat dia melilitkan handuk ke tubuh saya saat kecil. Sebelum dia keluar saya menarik tangan kirinya sambil berkata,
“ Jangan bilang sama Mamah-Papah ya, diem aja nanti deh pulang kuliah dihandukin lagi sama mamang seperti tadi, mau ga? ” katsaya cepet2,
Dia cuman menganguk. Lalu pas di tempat kuliah saya ga bisa konsentrasi, kepengen cepet pulang selain lapar karena puasa juga kepengen cepet mandi dan dihanduki lagi sama mang Ujang. Setelah selesai kuliah kira-kira jam 11.45, saya bergegas pulang dan sampe di rumah jam 12.45 langsung menuju kamar dan ganti pake daster dengan maksud mau mandi siang sambil membawa handuk saya lihat mang Ujang terbengong-bengong dengan tingkah lsayaku itu dan sambil tersenyum saya berkata seperti ini ke dia,
“ Mamang handukin Elis lagi ya mang? ”
“ Non Elis mandi aja dulu nanti kalau udah selesai panggil mamang, pasti deh mamang nyamperin ke toilet ”
Kemudian saya-pun menganguk dan mandi, setelah selesai mandi saya panggil dia dan langsung masuk ke toilet tanpa permisi dan sepintas dia menyambar handukku dan tanpa basa basi saya keluar dari bathtub dan dia menghampiri, kali ini saya langsung menghadapnya dengan telanjang badan tanpa membelakanginya seperti pagi hari tadi. Kemudian dia-pun langsung menghanduki rambutku yang basah kuyup oleh air.
Ketika itu kami tidak bicara satu sama lain hanya mungkin kata hati kami masing-masing bicara sementara dia handukin rambut leher dan pundak saya , mata saya malah terpejam(mungkin saya sedikit menikmatinya) dan yang paling mendebarkan saat mang Ujang menghanduki dadsaya kiri kanan itu benar-benar lebih mendebarkan ketimbang di pagi hari itu. Dan saat bermenit-menit mang Ujang mengusap dadsaya kiri kanan dengan handuk tiba-tiba dia nyeletuk seperti ini,
“ Non Elis, kalau diusapnya tidak pake handuk seperti ini akan lebih nikmat!!!
“ Maksud mamang gimana tuh ??? langsung pake tangan mamang ? gitu mksdnya !!! ”
Dia menganguk seolah minta restu dariku, lalu saya pun menganguk tanda setuju.dan ternyata jauh dari pikiranku lebih nikmat langsung dielus pake tangan mang Ujang ketimbang dielus memakai handuk, sesaat tangan kiri dulu lalu kemudian tangan kanannya menyusul meremas lembut sambil sesekali melintir seperti memainkan volume radio tapeku. Dan benar saja nikmat sekali rasanya apalagi ini baru pertama kalinya seorang Pria menyentuh langsung dengan telapak tangan ke dadsaya.
Lama-lama makin mengeras saja payudara saya saat itu, tidak sadar ternyata seperti mau pipis rasanya dan geli, nikmat, asik, enak campur aduk jadi satu saat mang Ujang terus mengelus buah dadsaya yang belum pernah dielus itu. Ternyata kejadianya hampir setengah jam kala dia mengelus dadsaya ini. Semakin lama semakin tak sadar sambil terpejam saya merapatkan badan ke tubuh mang Ujang dan dia mundur ke belakang, punggungnya menyentuh dinding toilet dan saya terus semakin merapatkannya sambil tetap dia mengelus-elus halus buah dada ini kiri kanan.
Posisi itu yang saya ingat, menimbulkan semacam gesekan benda yang mengeras hangat di balik sarungnya (o ya, saya lupa saat itu dia memakai kaos oblong dan kain sarung karena pulang Jum’atan di masjid depan rumahku) mungkin dia ga pake celana kolor karena dari gesekan tubuhku ini terasa sekali semacam kemaluan Pria (yang selama ini saya tau dari film dan cerita-cerita teman-teman) saat saya terpejam begitu lama-lama dia berani menjulurkan lidahnya ke leher saya waktu itu.
Semula saya mau menghindar tapi tak kuasa untuk menghindarinya dan mencoba untuk menikmatinya, agak geli karena berkumis tapi lucunya posisi dia mendongkak ke atas karena saya lebih jangkung dari dia dan agak berjinjit kakinya dan dia menjilati leher kebawah lalu pundak dan akhirnya di dada, ini lebih nikmat rasanya ketimbang pake tangan dan ga sadar saya mengeluarkan suara,
” Sssss… eghhh… ahhh… eummmm… ”,
Begitu seingatku saat itu. dan itu adalah nikmat dari segala nikmat menurutku saat itu. lalu lama-lama dia seperti mau berjongkok dan ternyata berjongkok lidahnya menciumi perutku, udel, lalu ke kemaluan ku yang masih jarang berbulu ini,dan ahhhhh.saya tak sadar bersuara agak keras saat dia menciumi kemaluanku ini, karena saat itu benar-benar baru pertama kali diciumi seperti itu sama Pria. nikmat sekali rasanya. Lalu terdengar telepon berdering, buru-buru saya melepaskan pelukan mang Ujang di pinggang saya.
Kemudian berlari ke ruang tengah sambil telanjang bulat dan agak basah tubuhku saat itu, basah karena air mandi dan liur mang Ujang, ternyata Papah dari Bogor telepon mengabari kalau beliau sudah sampe disana, dan setelah telepon ditutup saya membalikan badan ternyata mang Ujang sudah ada dibelakangku, dia mengikutiku sejak tadi berlari ke ruang tamu ini, dan dia bertanya dari siapa teleponnya,saya jawab dari Papahh di Bogor, lalu mang Ujang menyuruh saya berpakaian lagi sambil menyodorkan daster yang tadi meningalkan di toilet, lalu saya pakaikan dasterku saat itu dan masuk kamar. Sepintas saya liat jam 3.30 sore hari lalu saya tertidur di kasur sampe terbangun dengan ketukan di pintu kamar,
“ Non bangun Non udah magrib ” begitu terdengar suara mang Ujang di balik pintu kamar,
Kemudian saya ke bawah dan makan di meja makan sementara mang Ujang di dapur, lalu saya panggil, untuk makan sama2 di meja makan, semula dia menolak tapi akhirnya mau juga. Setelah makan, badan merasa gerah dan saya bermaksud untuk mandi lagi tepat jam 7.00 malam hari, lalu saya lihat mang Ujang sedang nonton tivi dan saya sengaja ajakin dia untuk sama2 ke toilet, semula dia menolak dengan alasan kalau nanti ketauan sama Papah, tapi saya jawab Papah di Bogor ini, jadi ga usah tsayat, akhirnya dia mau juga saya ajak ke toilet, entah kenapa saat itu pikiranku bener2 ngeres sejak mang Ujang siang harinya menciumi sekujur tubuhku.
Setelah berada di toilet langsung saja saya masuk ke bathtub sementara mang Ujang saya suruh semburin air hangat yang keluar dari sower untuk disiramin ke sekujur tubuhku (tentu saja saya dalam keadaan telanjang bulat saat itu, ga ada suara, hening, yang terdengar hanya gemericik air disiramin diatas tubuh ini, sambil saya tiduran di bathub menikmati aliran air mang Ujang sepintas terlihat hanya memandang tubuh telanjangku, tapi saya pura2 ga liat, khawatir dia kabur ke luar toilet kalau tahu saya pandangin dia.
Dan entah kenapa setelah air itu penuh di bathtub, saya punya ide gila untuk mengajak dia mandi bareng, tapi tentu saja dia menolak (asal tau saja kalau mang Ujang ini orangnya loyal bgt sama keluarga kami) setelah tau dia menolak secara halus akhirnya saya ga kehabisan akal, saya menyuruh dia untuk menyabuni seluruh badan ini, seperti yang dilsayakan mang Ujang disaat saya kecil, dan dia setuju. Lalu mulailah dia menyabuni mulai dari rambut,leher,bahu,punggung dada kiri kanan,dan berhenti di pinggang, saya tanya,
“ Kenapa mamang berhenti?? ”
“ Tsayat dosa Non, Non Elis kan anak majikan saya Non!!!, nanti saya dikejar perasaan itu terus ”
Saya mengerti dari raut mukanya dan menjawab seperti ini,
“ mamang ga usah tsayat, kan kita cuman berdua, lagipula kalau Elis lsayakan sama orang lain ga mungkin, soalnya mamang tau sendiri sifat Mamah seperti apa ke Elis!!,sejak mamang ciumin tubuh Elis tadi siang jadi suka terbayang-bayang sama Elis mang ”
Begitu penjelasanku polos saat itu, dan dia berkata,
” iya Non, mamang juga tadi siang bener-bener khilaf, dan mamang pun udah lama ga seperti ini apalagi Non Elis sekarang ini tambah cantik,putih mulus jauh sekali dibandingkan dengan istri mamang dulu ” katanya sedih.
Tanpa sadar saya berusaha untuk menghiburnya dengan refleks memeluknya dan ga terasa saya malah memegang kemaluannya diluar celananya dan terasa sekali sudah mengeras,tidak terlalu besar tapi saat itu benar-benar pertama kali saya memegangnya, walaupun mang Ujang itu usianya 48 tahunan tapi masih keras sekali kemaluannya itu, terasa saat dipegang. Dan dia malah balas memelukku saat itu dalam keadaan basah kuyup dengan siraman sower kami saling memeluk sehingga baju oblong yang dipake sama mang Ujang ikut basah jug.
Akhirnya secara diam-diam saya bukakan kaos oblongnya sementara dia diam saja, dan terlihatlah dadanya yang berbulu dan kelihatan masih tegap, lebih tegap dibandingkan dengan tubuh Papah, dia diam saja saat saya mencoba mengelus dadanya itu(seperti pada film2 porno yang saya tonton sama teman-teman kampus) saya sempat bergetar kala mengelus dada yang berbulu itu, lalu secara spontan dia membelai rambut saya yang basah dan tangannya itu dua-duanya mengelus pipiku lembut sekali saya cuman terpejam seakan dielus sama Papah yang selama ini sibuk dengan pekerjaan kantornya.
Sesaat terdiam saat dia memegang bahu saya dan turun tangannya ke dada yang kiri sementara tangan kanannya mengelus paha dan kemaluan saya, saya sempat diam dan malah memaju mundurkan tubuh saat itu seakan menikmati setiap belaiannya itu, sambil tetap mata ini terpejam dan secara refleks malah saya memeluknya erat sekali. Dan tak lama dengan posisi memeluk sambil berdiri itu saya secara perlahan membuka gesper kulitnya seraya menurunkan celana panjang mang Ujang saat itu, dan setelah saya menurunkan celananya yang basah tersiram sower.
Kemudian saya juga menurunkan celana kolor nya itu perlahan dan terlihatlah kemaluan Prianya begitu mengkilat yang baru pertama kali saya lihat secara nyata dan asli di usia saya yang saat itu 19 tahun (sekarang udah 20 tahun), dan setelah terlihat itu dadsaya tambah bergetar tak karuan ketika saya mencoba untuk memegangnya secara perlahan dalam genggaman saya begitu hangat kemaluannya dan berdenyut seperti seekor burung, tapi menambah penasaran untuk berbuat lebih jauh tanpa memikirkan lagi yang namanya logika mana majikan mana pembantu.
Mang Ujang saat itu juga sepintas saya lihat memejamkan mata yang pada akhirnya kami saling membelai, dimana mang Ujang membelai kemaluan saya yang semakin basah dan hangat, sementara saya pun membelai kejantanan mang Ujang yang hangat itu, lama-lama saya secara naluri mengocoknya seperti di film dan mang Ujang seperti menikmati kocokan itu hampir sekira 15 menit saya mengocoknya sementara saya telah mencapai puncak kenikmatan ketika mang Ujang memasukan jarinya maju mundur ke dalam kemaluan saya. Dan seperti mau pipis tapi enak dan nikmat rasanya ketika tubuh saya bergetar dan mengeluarkan suara mungkin seperti ini ini yang saya ingat,
“ Sssss… ahhhh… eummmm… ennaakk manggg ”,
Sambil terus tanganku mengocok ngocok kejantanannnya itu, dan beberapa saat setelah saya merasa di puncak kenikmatan mang Ujang mengeluarkan pipis berwarna putih kental dan hangat belepotan di tanganku waktu itu yang akhirnya saya tau dari buku kalau itu adalah cairan sperma laki-laki. setelah itu dia melepaskan tangannya dari kemaluanku dan saya pun melepaskan kocokan di burungnya dan membersihkan tanganku yang penuh sperma dengan air sower, lalu mang Ujang menyuruhku memakai handuk dan tidur. Sayapun naik ke atas dan ganti daster lalu tidur.
Selintas di jam dinding kamarku jam 9.30 malam, saya ga bisa tidur sama sekali, yang terlintas di bayanganku saat itu hanyalah kejadian demi kejadian hari itu yang betul2 pengalaman mengasikan yang dilsayakan kami berdua yaitu saya dengan mang Ujang, dan setelah kejadian itu kami seringkali melsayakannya disaat adikku dan ortuku tidak ada di rumah, terkadang mang Ujang saya ajak pura-pura mengantarku pake mobil kesayanganku atau mobil Papah.
Kami melsayakannya di berbagai tempat seperti dago, Lembang, Pangalengan dan tempat2 sejuk lainnya, tentu saja cari tempat yang aman tidak diketahui banyak orang, tapi sampai saat ini saya masih tulen perawan karena menurut mang Ujang, asal jangan dimasukin burungnya mamang, Non Elis akan tetap perawan, demikian tuturnya, lama-kelamaan saya jadi jatuh cinta sama mang Ujang yang terpaut jauh usia diatasku, karena mungkin saya mencari figur Papah yang selama ini kerap sibuk dinas di pekerjaannya. sekian kisahku ini terserah pembaca mau percaya atau tidak tapi yang saya ceritakan ini adalah kisah nyata benar adanya yang saya alami sendiri.
0 comments:
Post a Comment