Kisah Nakal - Sebut saja namaku Nadya, usiaku 28 tahun. Aku bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan jasa kontraktor di papua. Aku adalah keturunan jawa dan manado. Ibuku berasal dari boyolali dan ayahku berasal dari Menado. Kira-kira sudah hampir 3 tahun aku tinggal di Papua. Sebenarnya awalnya aku hanya ikut suamiku yang dinas kerjanya di pindahkan di Papua karena dia pegawai kehutanan.
Disini aku mempunyai teman akrab, yaitu bernama Arini, dia adalah istri dari teman kerja dari suamiku. Suami dari Arini itu bernama Kevin. Tidak jarang ketika suamiku dan suami arini tugas di luar Papua, dia sering menginap dirumahku. Namu terkadang sebaliknya aku yang menginap di rumahnya. Dari hal itu maka kami-pun menjadi sahabat karib bahkan seperti saudara kandung.
Apalagi nasib kami sama, kami berdua sama-sama belum mempunyai keturunan, hal itu menjadikan kami semakin menyatu saja layaknya adik kakak. Nah kisah sex-ku ini berawal dari bulan Mei 1 tahun silam. Ketika itu Mas Fahri dan Kevin, mendapat panggilan untuk pelatihan di di Bali. Ketika itu aku memutuskan untuk menginap di rumah Arini selama 10 hari. Seperti biasa, hari-hari kami lewati tanpa suami, hal itu sudah biasa kami alami karena memang kami sring ditinggal suami kami.
Pada hari pertama berjalan seperti biasa, dan aku merasa senang karena Kevin suami Arini kolektor hewan langka. Selain itu desain interior rumah Arini amatlah rapi dan menyenangkan. Ada dua binatang kesayangan suami Arini yaitu Simon ( anjing herder jantan) dan Sanam ( seekor simpanse jantan). Sanam seekor simpanse yang cerdik, dan Simon-pun seekor anjing yang pintar.
Yang bikin saya kagum adalah kedua hewan itu sangat akur, hha.. bisa ya hewan seperti itu. Arini dan Kevin sangat sayang sekali pada kedua hewan itu, bahkan mereka dibiarkan bebas tanpa dikurung, jadi kedua hewan itu dengan bebasnya berkeliaran di rumah Arini. Saat itu pada suatu hari sepulang kerja, aku langsung mandi.
Saat itu Arini yang lagi kangen berat dengan suaminya mlampiaskan dengan menonton film drama romantis kesayangan mereka. Setelah selesai mandi, aku-pun menyusul Arini menonton Film yang diputar pada DVDnya, tak lupa saat itu Sanam dan Simon setia menemani kami menonton drama romantis.
“ Wuih seriusnya. Film apaan sih San..? ”, ucapku.
“ Dramanya Roberth de Niro nih Nad. Lagi seru. Eh, tadi si Mella kemari ngasih titipan buat kamu, tuh ada di meja tengah..! ”, ucap Arini memberitahuku kalau si Mella memberikan titipan.
Mella itu kenalan baruku, pemilik Salon Mella. Dan ternyata yang dibawanya adalah titipan Mas Fahri, Kaset porno, hha,
“ Apaan tuh Nad..? ”, tanya Arini saat aku membuka koran bungkusan kaset dvd itu.
“ Ini loh Rin… titipannya Mas Fahri, Kaset Porno… ”, ucapku sekenanya.
Tanpa basa basi, Arini langsung merebut 3 keping Kaset porno itu dari tanganku,
“ Kita nonton yuk..! Buat hiburan… ”, ucapnya.
Yah, sore itu 3 Kaset Porno kami lihat bersama-sama, Sanam dan Simon kami ungsikan dulu keluar kamar. Malam harinya, setelah makan malam, rasanya aku mengantuk sekali, aku pun langsung tidur. Tetapi aku terjaga sekitar pukul 12 malam, biasa, kebelet pipis. Eh, tiba-tiba a ku sadar kalau Arini tidak ada di sisiku. Kemana ya..? Ah, aku langsng saja ke kamar mandi untuk pipis.
Setelah itu baru aku cari Arini. Aku mencarinya hingga ke dapur, tetapi tetap tidak ada. Lalu aku sedikit tersentak ketika melihat bayangan di ruang kerja Kevin. Aku juga mendengar erangan Arini. Sepetinya lagi dilanda birahi yang sangat tinggi. Aku mendekat ke arah pintu ruangan itu, dan kuintip dari lubang pintu. Astaga, dalam keremangan itu aku melihat Arini yang sudah tidak berbusana tengah dicumbui oleh Sanam, simpanse kesayangannya.
“ Oughhhh… Sssshhh… ngghh… Sanam sayang… ”, racau Arini tidak karuan.
Sanam yang tingginya sekitar hampir sama dengan Arini dan berbadan besar itu tengah mengarahkan mulutnya ke selangkangan Arini. Arini sendiri matanya terpejam dan mengangkangkan kakinya sambil tiduran. Ihh serem..! Aktifitas Sanam makin menggila, Arini dibopongnya dan dibantingnya kembali ke Sofa sehingga posiArini jadi membelakanginya.
Lalu, Batang kejantanan sanam yang sudah mekar membesar itu langsung disodokkan ke arah liang senggamanya Arini.
“ Aghhh… Sssshhh.. ayoo Sanam..! ”, perintah Arini.
Bagaikan budak yang baik, Sanam langsung memompa pantatnya maju mundur, sehingga batang kemaluannya yang berbulu menerobos masuk keluar kewanitaan Arini,
Sanam-pun mengerang ganas, dan Arini terpontang-panting, kepalanya bergoyang-goyang. Kupikir, pastilah Arini merasakan kenikmatan luar biasa dari penis Sanam. Aku yang melihat adegan Sanam-Arini menjadi tidak kuasa menahan gejolak yang mulai menjalari tubuhku. Ah… bersetubuh dengan hewan..? Tanpa sadar aku meraba-raba sendiri payudaraku.
Lalu tanganku menyusup ke selangkanganku yang memang sudah tidak terbungkus kalau tidur aku memang malas pakai celana dalam dan Bh,
“ Oughhh… nikmatnya… ”, sambil mataku tetap memandangi tubuh Arini yang tengah digagahi Sanam.
Tapi tiba-tiba aku dikejutkan oleh jilatan-jilatan halus di betisku. Dan, astaga, Simon tengah menjilati betisku. Aku ingin marah, tetapi saat itu aku merasa kenikmatan tersendiri dari lidah Simon. Aku pun membiarkan Simon menjilati betisku, dan mataku kembali ke lubang pintu, melihat Arini dan Sanam. Arini kini sudah ganti posisi.
Kulihat dia telentang di Sofa, sementara Sanam menggenjotnya dari atas,
“ Oughhh… Ssssshhh… Teruuss, Sanam sayang… nikmat sekali… Aghhhhh… ”, desah Arini.
Pemandangan di dalam ruang kerja Kevin itu membat birahiku segera memuncak. Apalagi jilatan Simon sudah mulai naik hingga belahan pantatku yang memang menjorok ke belakang, karena aku sedang mengintip. Simon nampaknya tengah birahi pula, pikirku,
“ Ssssshhh… Blacckkiih… ”, desahku tanpa sadar.
Simon memang pintar menaikan birahiku. Daerah betis hingga belahan pantatku terus saja dijilati lidahnya yang berstruktur agak kasar. Lama-lama aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan Arini-Sanam. Aku melangkah perlahan ke kamar tidur, sedangkan Blakci terus mengikutiku sambil men jilati pahaku. Kadang jilatan itu sampai juga ke kewanitaanku yang mulai berlendir.
Aku duduk di tepi ranjang dengan kaki ternganga lebar, dan kubiar Simon kini menjilati kewanitaanku dengan leluasa,
“ Lakukanlah Simon… aku milikmu sayang..! ”, racauku.
Simon sermakin agresif menjilati kewanitaanku. Yang kurasakan saat itu tulang-tulangku seakan luluh lemas dan ingin segera menuju puncak kenikmatan,
“ Oughhhh… Simon… Sssshhh… Aghhh… ”, desahku nikmat.
Kemudian mendadak Simon berhenti beraksi,
“ Grrhhkk… ”, dia menggumam seperti marah padaku.
Tetapi aku segera mengerti, Simon rupanya ingin segera menyetubuhiku,
Aku pun segera turun dari ranjang dan merangkak membelakangi Simon. Tidak lama kemudian Simon mengangkat dua kaki depannya dan menekan pinggangku. Kini posisi kami layaknya sepasang anjing yang akan kawin,
“ Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”, desahku ketika merasakan ada benda yang agak kasar menerobos masuk di liang senggamaku.
Simon yang memang sudah birahi, dan langsung memompa kemaluanku dengan batang kemaluannya yang dua kali lebih besar dari milik Mas Fahri suamiku. Kewanitaanku terasa sesak dan penuh oleh kemaluan anjing Herder itu. Lalu15 menit kemudian,
“ Oughhhh… Simon sayang.. aku keluar sayang… ”, teriakku histeris saat merasakan seluruh otot kewanitaanku berkontraksi cepat.
Yaa, aku orgasme. Tidak lama kemudian aku terkulai lemas seperti bersujud. Simon masih aktif memompaku. Hingga kusadar, kini posisi simon membelakangiku. Kami saling adu pantat, dengan kelamin bertemu (seperti anjing kawin itu lho),
“ Ehh.. Nadya… Kamuu..? ”, Arini kaget saat mendapatiku dalam posisi kawin anjing begitu.
“ Kamu juga kan San..? Sama si Sanam..? ”, ucapku kelelahan.
Saat itu Arini pun tersenyum. Semenjak saat itu, selama dua minggu suami kami pergi pendidikan ke Bali, kami selalu dapat menuai kenikmatan dari binatang kesayangan Kevin dan Arini itu. Yah, hitung-hitung selingkuh tidak beresiko lah.hha. Namun tetap hal ini tidak patut untuk di contoh para pembaca, karena hewan itu tidak streil dan sumber penyakit. Selesai.
0 comments:
Post a Comment