Kisah Nyata - Perkenalkan dulu sebut saja Nama saya Ayu. Inilah kisah aku tentang pengalaman seks yagn kulakukan dengan suami sahabat aku sendiri.
Pengalamanku Seks Dengan Suami Sahabatku - Selesai berbicara dengan Hendra melalui telepon, aku pun segera mengenakan pakaian. Aku memakai hem longgar kotak-kotak warna merah maroon yang serasi warnanya dengan rok miniku yang juga berwarna merah maroon. Selesai berpakaian aku bergegas menuju ke rumah Pak Hasan di kawasan elite Margorejo Indah.
Sesampai di rumah Pak Hasan ternyata Hendra sudah menungguku di halaman rumahnya bersama seorang baby sitter. Satpam langsung membuka pintu pagar mempersilakanku untuk langsung masuk. Rumah Pak Hasan memang cukup besar seperti rumah-rumah lainnya di sekitar perumahan Margorejo Indah, halamannya juga luas. Kuparkir mobilku di depan garasi di samping mobil mewah milik Pak Hasan, kontras sekali dengan mobilku yang butut keluaran tahun 90-an.
Begitu turun dari mobil, Hendra langsung menggandeng tanganku mengajakku masuk. Kami masuk lewat garasi yang langsung tembus ke dapur yang letaknya bersebelahan dengan ruang makan. Di samping ruang makan ada pintu menuju halaman belakang. Di salah satu pojok dekat kamar pembantu, di situlah rupanya tempat yang telah disediakan untuk Carla melakukan proses kelahiran. Pak Hasan tampak sedang berjongkok di dekat box tempat Carla melahirkan.
“Sore Pak Hasan ” sapaku.
“Ee.. Lia..! Sore.., aduh maaf sudah bikin repot”, sambut Pak Hasan ramah.
“Ini si Hendra yang bingung terus sejak tadi” tambah Pak Hasan.
“Sudah lahir berapa ekor Pak?” tanyaku pada Pak Hasan.
“Sudah dua ekor dan keduanya betina, sepertinya masih ada lagi di dalam” jelas Pak Hasan padaku.
“Ayo gantian, sekarang ahlinya sudah datang dan aku akan mHendra dulu” Imbuh Pak Hasan sambil mempersilakanku menempati posisinya.
Aku mendekat ke box tempat Carla melahirkan bayi-bayinya yang mungil, sementara itu Pak Hasan naik ke lantai dua rumahnya, mungkin bersiap-siap untuk mHendra. Aku ditemani Hendra tetap menunggui Carla yang tampaknya sudah mulai gelisah lagi, pertanda anaknya yang ketiga akan lahir.Saking asyiknya aku menunggui bayi ketiga Carla lahir, rupanya aku tidak sadar bahwa posisiku sedang berjongkok saat itu hingga otomatis pahaku bagian belakang terbuka lebar karena rok miniku bawahannya memang sangat lebar. Memang rok seperti ini biasanya dipakai oleh para cheerleader hingga dengan sendirinya kalau dilihat dari depan arahku berjongkok, semua isi dalam rok miniku dapat terlihat dengan jelas oleh Hendra yang duduk di lantai tepat di hadapanku.
Rupa-rupanya si kecil ini sejak tadi telah tertegun memandang isi rok miniku. Aku memang memakai CD, namun CD-ku sangat mini, terbuat dari renda yang ukurannya hanya selebar jari melingkar di pinggangku, selebihnya juga berupa renda yang ukurannya sama tersambung dari belakang pinggangku, turun ke bawah melalui lipatan pantat melingkari selangkanganku. Hanya bagian depannya saja ada penutup yang ukurannya tak lebih dari seukuran dua jari berbentuk hati menutupi bagian depan liang vaginaku, sehingga CD warna merah yang kukenakan ini tidak mampu menutupi bulu kemaluanku yang menyeruak keluar dari celah-celah lipatannya. Rupanya bulu-bulu kemaluanku inilah yang menarik perhatian Hendra.
“Dok! Itu kok ada rambutnya?” tanya Hendra keheranan sambil menuding ke arah pangkal pahaku.
Aku cukup terkejut dan langsung mengubah posisiku. Kini aku berlutut di depan box. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan Hendra, untung saja bersamaan dengan itu dari arah belakang saat kutengok ternyata Pak Hasan datang menghampiri kami. Pak Hasan rupanya sudah selesai mHendra. Saat ini dia memakai celana pendek longgar dan T Shirt. Namun tiba-tiba Hendra berkata pada ayahnya..
“Pa! Bu dokter sininya ada rambutnya” lapor Hendra pada Pak Hasan sambil menunjuk ke arah selangkangannya sendiri. Mukaku langsung memerah karena jengah, untung saja Pak Hendra cukup bijak dan langsung menegur Hendra.
“Hush, tidak boleh ngomong begitu”. Hendra rupanya masih belum mengerti mengapa papanya melarangnya bertanya. Tak lama kemudian Bu Jenny istri Pak Hasan muncul dan menyapaku..
“Hey Nat! Sudah lama?” sapa Bu Lusi, Bu Jenny memang biasa menyapaku “Nat”, kalau Pak Hasan lebih suka menyapaku “Lia”, tidak masalah bagiku.
“Ooh..! Selamat sore Bu!” sahutku pada sapaan Bu Lusi.
“Eeh..! Nat! Kamu di sini dulu ya, nanti makan di sini sekalian saja, kita makan malam sama-sama, aku sekarang mau ngantar Hendra ke ulang tahun temannya sebentar, kita tidak akan lama kok, paling cuma kasih kado sebentar terus langsung pulang” demikian jelas Bu Jenny padaku, rupanya Bu Jenny akan pergi mengantar Hendra yang memang sejak tadi tampak sudah selesai mHendra.
Akhirnya Bu Jenny pergi mengajak Hendra yang didampingi baby sitternya. Tinggallah aku di rumah besar itu bersama Pak Hasan dan beberapa pembantunya, namun saat ini pembantu Pak Hendra sedang sibuk di halaman rumah depan, ada yang menyapu halaman, ada yang menyiram taman dan yang satu lagi sedang membersihkan ruang tamu. Ini kuketahui saat aku datang tadi.Kini tinggallah aku berdua dengan Pak Hasan di teras halaman belakang yang cukup luas, untung Pak Hasan tidak lama berdiri di dekatku.Pak Hasan duduk di sofa teras belakang, yang letaknya di belakangku,jadi aku memunggunginya tapi jaraknya agak jauh, karena posisinya yang menghadap ke arahku maka saat aku sedikit membungkuk sewaktu membantu proses kelahiran Carla, tanpa kusadari bagian belakang rok miniku sedikit terangkat.
Karena rok yang kukenakan mini sekali maka begitu terangkat sedikit bentuk pantatku dapat terlihat dengan jelas oleh Pak Hasan yang duduknya memang agak jauh dariku, namun posisi ini justru lebih menguntungkan baginya. Dengan jelas sekali Pak Hasan memperhatikan lekuk belahan pantat dan pahaku bagian atas yang mulus itu. Pemandangan ini rupanya cukup membuat Pak Hasan horny hingga dia sudah tidak tahan lagi, kemudian berdiri dan berjalan mendekatiku.
“Lia..! Tadi yang dimaksud Hendra rambut apa toh?” Tanya Pak Hasan pura-pura ingin tahu. Aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya.
“Aaah..! Pak Hasan ini kok ikutan tanya yang bukan-bukan?” sahutku tersipu malu.
Pak Hasan ikut berjongkok di sampingku, tidak lama kemudian kedua tangannya meraih lenganku dan mengangkatku berdiri, kami pun berdiri berhadap-hadapan. Seketika itu juga Pak Hasan langsung menciumku. Aku berusaha mengelak, namun Pak Hasan lebih agresif memeluk sambil melumat bibirku.
Usia Pak Hasan sekitar 35 tahun, wajahnya lumayan ganteng, badannya tegap dan gagah. Lumatannya membuatku horny, terlebih saat tangannya mulai menyusup ke dalam rok miniku, tangannya mengelus bagian depan pahaku hingga membuatku terangsang dan sedikit tak berdaya.Akhirnya aku pun mulai berani membalas lumatan bibirnya. Kami berpagutan sambil berdiri, sementara tangan Pak Hasan menyusup semakin ke atas pahaku, kurasakan jari-jari tangannya mulai menyentuh ujung CD-ku. Aku merasakan sebuah rangsangan yang cukup dahsyat, terlebih saat jari-jari tangan Pak Hasan mulai menjelajah di selangkanganku. Vaginaku diremas-remas dari luar CD-ku, bibirnya tetap tidak berhenti melumat bibirku, lidahnya dijulurkan ke dalam mulutku, aku pun membalas dengan menghisapnya, demikian pula sebaliknya, kujulurkan lidahku ke dalam mulut Pak Hasan dan Pak Hasan langsung melumat dan menghisap lidahku.
Merasa tempat kami saat ini kurang aman dan bisa tiba-tiba kepergok oleh pembantunya, maka Pak Hasan membisiki telingaku sambil mengajakku masuk ke dalam. Pak Hasan rupanya juga tahu kalau posisiku saat ini sudah tidak mungkin lagi menolak, karena aku sudah benar-benar terangsang olehnya hingga ujung CD-ku juga sudah lembab oleh elusan jari-jarinya. Maka aku pun mengikuti Pak Hasan dari belakang saat ia masuk menuju ruang keluarga dan kami menyelinap ke sebuah kamar tidur yang biasa mereka pakai kalau ada tamu atau kerabat yang datang menginap.Setelah menutup dan mengunci pintu dari dalam, Pak Hasan langsung menciumku kembali sambil merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Kakiku masih terjuntai ke bawah sehingga posisiku yang telentang begini membuat bagian depan rok miniku terangkat sampai pangkal paha.
Tangan Pak Hasan langsung mengelus selangkanganku yang tersembul keluar, jari tangannya segera disusupkan ke dalam CD-ku melalui ujung lipatannya. Ujung jari Pak Hasan langsung dapat menyentuh bibir vaginaku dengan mudahnya. Dielus dan digesek-gesekkannya bibir vaginaku dengan jarinya, sementara jari telunjuknya mengorek-ngorek klitorisku.Tangan kirinya mulai membuka kancing hem-ku satu persatu hingga buah dadaku langsung terpampang dengan jelas karena aku tidak memakai BH. Seperti kisahku terdahulu, aku memang sejak kecil tidak suka dan tidak terbiasa mengenakan BH hingga hingga kini usiaku sudah 28 tahun, aku tetap tidak pernah memakai BH, jadi tak heranlah kalau aku juga tidak tahu berapa besar ukuran payudaraku.
Yang jelas payudaraku tidak terlalu besar bentuknya, namun sangat indah dan berwarna sedikit merah muda agak kecoklatan di puting dan sekitarnya. Kini payudaraku pun sudah mulai mengeras, dan giliran mulut Pak Hasan turun mengulum kedua payudaraku secara bergantian. Dihisapnya puting susuku sambil memainkan ujung lidahnya di ujung puting susuku.Tangan kanan Pak Hasan mencari dan melepas pengait rok miniku dan kubiarkan saja bahkan kuangkat sedikit pinggangku agar dia lebih mudah melepas pengait rok-ku, kemudian ditarik dan dilemparkannya begitu saja ke lantai. Langsung saja sisa penutup alat vitalku ditariknya ke bawah, kakiku pun membantu melepas CD yang kukenakan.
Serta merta Pak Hasan langsung saja membenamkan wajahnya di selangkanganku sambil tangannya membuka kedua pahaku lebar-lebar. Posisinya sekarang berjongkok di tepian tempat tidur dan wajahnya berada tepat di pangkal pahaku, bibirnya mengulum bibir kemaluanku dengan lembut, lidahnya dijulurkannya di antara lipatan bibir vaginaku.
“Ayo masukin dong Pak!” pintaku pada Pak Hasan.
Mungkin karena Pak Hasan juga tak ingin ketahuan istrinya yang mungkin saja tiba-tiba pulang, maka ia pun begegas melepas celananya. Batang kemaluannya yang tidak terlalu besar, ukurannya biasa saja, langsung ditancapkannya ke dalam liang vaginaku.
Kami bermain tidak terlalu lama karena takut istrinya tiba-tiba muncul, namun kami merasakan orgasme secara bersama-sama saat itu. Sungguh sangat berkesan sekali kejadian itu. Enak juga ML sambil curi-curi karena takut ketahuan.
0 comments:
Post a Comment