Saturday, November 19, 2016

Aku Ngesex Dengan Dokter Kandungan

Aku Ngesex Dengan Dokter Kandungan

Kisah Nakal - Namaku adalal Robert, umurku 29 tahun. Aku berperawakan tinggi, putih dan kata orang sekitarku aku ini ganteng dan menarik. aku adalah seorang pengusaha yang bergerak pada bidang penjualan alat-alat medis untuk keperluan rumah sakit.. Aku akan menceritakan cerita sex pribadi dan nyata dari pengalamanku sendiri dan kisah ini terjadi kira-kira tahun 1 tahun yang lalu.

Kisah ini berawal ketika aku mengangkat seorang pegawai baru yang bernama Riska. Riska ini tipe wanita yang mempunyai sifat friendly, ceria dan penuh kesabaran. Selain itu Riska ini sangat menghargai orang lain, apa lagi ketika dia menghadapi konsumen, sangat sabar dan ramah sekali.

Riska mempunyai postur tubuh, tinggi, lamgsing, berkulit putih dan memiliki mata sayu.
Selama Riska bekerja padaku sebenarnya aku agak risi, kenapa aku risih ??? karena selama ini Riska agak genit kepadaku, dan seakan-akan pada setiap harinya dia menunjukan bahwa dia ingin dinikmati olehku. Namun selama dia mampu bisnis adlah bisnis, selama Riska mampu menjual produk perusahaan, dia tetap harus aku pertahankan sebagai marketing yang digaji dengan pantas.

Juur saja sih para pembaca,sebagai lelaki normal dan lajangg terkadang naluri lelakiku-pun tidak bisa aku pungkiri, kambat laun aku merasa ketika melihat Riska aku inigin sekali menikmati indahnya tubuh Riska. Namun rasa itu masih tertahan oleh rasa gengsiku, aku tidak mau terlibat cinta lokasi dengan dengan karyawatiku, apalagi sampai melakukan hubungan intim denganya.

Sepertinyang aku katakan tadi, aku masihh lajang dan belum menikah, maka dari itu aku harus memilih calon pemdamping yang sesuai. Aku sendiri tidak mau wibawaku hancur jika aku sampai berhubungan dengan Risaka. Sampai pada suatu hari rasa gengsiku itupun akhirnya terkalahkan oleh indahnya tubuh Riska. Pada waktu itu, tepatnya 1 minggu sebelumnya, aku telah memesan alat USG.

Pada hari pesananku-pun telah tiba, Alat itu berharga sekitar 475 juta dan kini telah ada dihadapanku. Alat yang tidak asing bagi kalagan masyarakat kita ini, telah hadir dengan tipe yang lebih canggih, yaitu Alat USG 4 dimensi. Sebagai seorang, marketing tentunya Riska ikut terlibat dalam transaksi ini. Pada siang itu setelah Riska mengambil barang pesanan tersebut dari jasa pengantar barang, sekarang dihadapanku telah ada 2 hal yang membuatku kagum.

Antara lain yang membuatku kagum saat itu adalah Alat USG 4 dan marketingku Riska. Alat USG 4 dimensi itu canggih sekali, karena bayi dalam kandungan bila di USG dapat menampak wajah bayi seperti foto. Alat ini tidak hanya untuk USG kandungan saja, namun juga untuk USG organ dalam mnausia yang lain, seperti halnya, jantung, ginjal, pembuluh darah yang besar, dan ovarium (organ reproduksi wanita yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur).

Ketika barang pesanan itu telah datang, maka aku menghubungi pihak rumah sakit yang memesan alat USG 4 dimensi itu. Karena saat itu Direktur Medis sudah pulang dari Rumah Sakit, aku-pun menghubungi beliau dirumahnya lewat telefon. Saat itu beliau berkata kepadaku untuk melakukan pengiriman barang pada pukul 09.00 pagi besok hari di Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dan dia berkata agar barang yang diterima harus sudah Ready dipakai dan dioperasikan sesampainya dirumah sakit.

Gilak, saat itu akupun cemas karena pada hari itu juga aku harus merakitnya, karena alat medis elektronik yang mahal seperti ini, semua komponen dalam bentuk lepas rangkaian (Completely Knock Down). Mau tidak mau pada akhirnya setelah menerima pemintaan dari pembeli, aku-pun memanggil karyawanku seorang sarjana Elektro untuk mulai merangkai alat USG ini.

Pada saat itu karyawanku merangkai mulai dari sore hari, pada akhirnya selesailah alat itu dirangkai pada pukul 00.00 WIB. Oh iya, saat itu selain aku dan mekan yang menunggu alat USG itu dirangkai, disana juga juga ada Riska. Dia tidak boleh pulang karena ini termasuk tanggung jawabnya, karena sebagai Marketing dalam transaksi ini dia mendapat komisi 5 % dari nilai transaksi alat Medis ini.
Mekanik yang merakit alat ini bernama Pak Rahman, dia sepuluh tahun lebih tua dariku, saat itu Pak Rahman nampak lelah sekali dan ikut tegang ketika aku mulai mencoba Alat USG itu. Setelah itu hiduplah alat mahal ini, saat itu kami bertiga merasa lega karena alat ini telah bekerja. Jujur saja, baru kali aku mendapatkan orderan Alat USG 4 dimensi ini.

Hal ini juga pertama kali-nya bagi Pak Rahman merakit Alat USG itu. Saat itu hanya ada kami ber 3 di ruang elektrik perusahaanku, karena semua karyawan sudah pulang dan beristirahat dirumah masing-masing. Karena melihat alat yang sudah hidup tanpa ada trouble sedikitpun kemudian kamipun bergegas mencoba,

“ Mari kita coba alat ini, karena kita hanya punya waktu 8 jam sebelum barnag ini di kirim pada pihak rumah sakit !!! ”, . ucapku memecah keheningan dalam ruangan itu.
“ Ayo pak, biar saya yang menjadi objek-nya ” ucap Pak Rahman langsung menyahut dengan semangat 45.
Pak Rahman ini selain dia sudah terbiasa dengan alat-alat medis kedokteran lainya, dia juga tahu kecanggihan alat ini. Dengan bersemangat Pak Rahman melepas bajunya dan tidur dimeja kerja bagian elektronik. Mulailah aku menjadi ahli USG dadakan, walaupun aku hanya berbekal buku manual dan dengan sedikit pelajaran ilmu Anatomi.

Saat itu aku mulai memeriksanya dengan memberinya lubricant / pelincir agar prop USG yang besar ini bisa digeser dengan mudah di badan Pak Rahman. Alhasil saat itu terlighatlah, Jantung, Lambung, Kantong Empedu, Pembuluh Darah dan Ginjal. Sungguh Luar Biasa sekali alat ini. Terlihat saat itu dari layar nampak persis seperti bentuk organ pada aslinya didalam tubuh Pak Rahman.
Saat itu Aku dan Riska tertawa ketika nampak adanya batu kecil di Ginjal sebelah kiri Pak Rahman, seketika saat itu dia nampak khawatir sekali,

“ Sudah tenang saja Pak, batu ginjal itu masih kecil sekali, lagian itu juga hilang kok jika Pak Rahmann kalau minum obat ”, . ucapku menerangkan.
Setelah itu tidak kusangka Riska-pun penasaran juga ingin mencoba alat itu,
“ Pak, aku pingin coba dong Pak ”, . ucap riska penasaran.
Nampak nya dia penasaran setelah melihat percobaanku pada Pak Rahman. Sejenak aku mendadak bingung, karena saat itu selain ruang yang penuh dengan alat elektronik, saat itu memang hanya ada Aku, Riska dan Pak Rahman saja. Saat itu aku memandang pada arah Pak Rahman, nampaknya dia mengerti expresi wajahku,
“ Yasudah Pak dicoba saja pada Riska, kan di cewek pak jadi kita bisa mencoba untuk melihat indung telur dan rahim seorang wanita ”, ucap pak Rahman memberi ide.
“ Eeee… Tapi Pak….. ”, ucapku.
Belum selesai berbicara Pak Rahman memotong pembicaraanku,
“ Sudahlah pak, dicoba saja daripada nanti kita diklaim nanti saya juga yang repot ”, ucapnya memotong embicaraanku tadi.
Lalu sambungnya lagi,
“ bapak tidak usah sungkan deh sama saya, soalnya saya juga mau pamit pulang dulu Pak, capek sekali saya, hhe… ” ucap Pak Rahman nampak serius, sembari diujung bibirnya tersenyum kecil.
Aku mengerti apa yang dimaksud Pak Rahman, nampaknya dia memeberikan aku menantang waktu agar aku leluasa mencoba alat itu pada Riska,
“ Yasudah saya pamit dulu ya Pak, semoga sukses jadi Ahli USG dadakan-nya… saya pulang dulu Ris ” , ucapnya berpamitan kepadaku dan Riska.
Saat itu Pak Rahman pergi, mungkin saja kelelahan atau mungkin dia tidak ingin mengganggu acaraku dengan Riska. Setelah Pak Rahmantidak lagi di ruang, tinggal aku bersama Riska,
“ Jadi, Pak ? ”, ucap Riska.
Saat itu aku hanya aku hanya bisa mengangguk-angguk dan,
“ Yasudah, silahkan berbaring Ris ”, ucapku agak ragu dan degann detak jantung yang tidak karuan.
Sungguh saat iru tanpa ragu sedikitpun Riska melepas kancing bajunya dan membaringkan diri di meja pingpong, nampak Bra dan sebagian payudara yang kulit yang putih dan sangat bersih. Oh shit… kejantananku mendadak Ereksi ditengah malam.Mulailah aku memberikan pelincir di perutnya yang putih dan kencang,
“ Berrrr, dingin, pak ”, ucapnya ketika aku memeberikan pelincir diperutnya.
Aku periksa lambung dan ginjalnya, normal semuanya. Aku tidak berani memeriksanya lebih lanjut,
“ Pak, tolong periksa sekalian organ saya yang lain dong, mumpung gratis nih ”, ucapnya lantang.
Entah saat itu itu modusnya atau memang dia benar-benar hanya ingin memeriksa bagian organ dalamnya. Lalu aku-pun memulai menggerakkan prop USG ke bagian tubuh atasnya, karena Bra-nya masih ditempat tentu saja aku tidak bisa mengarahkan prop tepat ke Jantungnya,
“ Eeee… Ris… Eee…”, ucapku ragu.
Belum selesai akau berkata,
“ Oh, ini mengganggu ya Pak, sebentar biar saya lepas ya Pak ”, ucapnya sembari melepas Riska melepas Bra.

Saat itu nampak payudara yang sangat indah di depan aku , putting yang kencang dan bagus , payudaranya walaupun tidak besar akan tetapi kencang, nampak kenyal dan sangat proporsional kiri dan kanan. Aku mulai mengarahkan prop USG ke arah Jantungnya dengan menggesernya dari daerah perut. Nampaknya Riska menikmati geseran prop USG tersebut, kedua putting-nya nampak mengeras menjulang.

Lebih gila lagi malahan sekarang dia menutup kedua matanya, sambil berdesis pelan. Aku arahkan prop USG tepat di jantungnya, dengan pembesaran 200 X, aku mulai membaca ruang-ruang jantungnya. Karena aku mencoba menelusuri bagian kiri dan kanan jantung, tentu saja aku harus berulang-ulang menggeser prop USG, sambil mengatakan padanya apa yang aku baca dari layar monitor.

Tak pernah sekejappun Riska membuka kedua matanya, sambil terus berdesis-desis pelan. Penis sudah tidak tahan lagi, lihat keadaan seperti ini. Saat tangan kanan aku memegang dan menggeser prop USG, entah dari mana mendadak refleks tangan kiri meremas payudara kanan Riska. Aku remas-remas dan memain-mainkan pelan payudaranya. Desis Riska makin jelas kentara,

“ Terus Pak, Sssss…Terus Pak” Riska berbisik.
Mana taha pikir aku. Sudah tidak ingat lagi antara boss dan karyawatinya. Aku letakkan prop USG tersebut, sekarang yang memeriksa jantungnya adalah tangan kanan aku di payudara kirinya. Aku isap-isap dan gigit-gigit pelan payudaranya,
“ Oughhh… Enak Pak…terus Pak… Oughhh… ” ucapnya sambil tetap terus menutup mata.
Aku jilat-jilat dan ciumi perutnya, tangan kanan aku sekarang sudah berpindah ke arah selangkangannya yang masih terbalut rapi dengan rok. Aku elus-elus dengan halus selangkangannya, terasa lembab.
“ Eughhh…. Sss… Aghhh… enak pak, ” ucapnya mendesah.
Lalu aku masukkan tangan aku kedalam roknya, teraba CD-nya, basah nian, kakinyapun tidak lagi sejajar seperti tadi, sekarang kakinya mementang lebar-lebar memberi kesempatan tangan aku untuk mengeksplorasi selangkangannya lebih lanjut. Aku tarik tepi CDnya, teraba vulvanya yang sudah basah, aku gosok pelan-pelan bibir dalam vaginanya.
Lendir kawin-nya mempermudah aku untuk menggosok-gosok jari tengah aku ke vaginanya, juga kelentitnya,
“ Eghhhhh…. Ssss… Ahhhhh… ”, makin keras desah suara Riska.
“ Sebentar ya Ris ”, ucapku.

Saat itumendadak aku bangkit, aku segera matikan USG dan lampu ruang elektronik yang terang benderang itu dengan segera. Aku lepas segera semua baju yang aku kenakan juga CD aku. Aku sudah tidak sabar lagi. Riskapun juga tidak mau kalah, tanpa diperintahkan, langsung dia lepas semua baju, rok, dan CDnya. Dari remang-remang penerangan dari ruang sebelah sekarang nampaklah Riska yang telanjang bulat dan menakjubkan.

Bukit kewanitaannya dipayungi oleh rambut yang lebat, “ Pantas, alisnyapun lebat” pikir aku. Kini aku langsung mengarahkan mulut aku ke vaginanya, karena lebatnya “ hutan” kewanitaannya, aku terpaksa menggunakan kedua tangan aku untuk menyibak “ hutan”nya. Gantian sekarang malah Riska yang mengelus-ngelus dan memilin-milin payudaranya sendiri.

Vaguna-nya berbau khas yang agak keras dan berasa asin, seperti keju belanda. Maklumlah, kami berdua tidak sempat mandi sejak pagi hari tadi. Tapi sudahlah mulut aku sudah dalam posisi itu. Aku jilat-jilat kelentitnya dan naik turun di bibir dalam vaginanya naik – turun. “ Pak, masukin.pak” Riska memohon. Tanpa perintah kedua, aku berdiri.

Aku tarik tubuh Riska ketepi meja pingpong, segera aku masukkan Torpedoku ke vaginanya.
“ Zlebbbb…”,
Tanpa kesulitan aku masukkan Penis aku, karena lendir di vagina Riska sudah membanjir, selain posisi aku yang berdiri mempermudah hal itu. Aku pegang pinggulnya, aku tarik dan dorong tubuh Riska, sesuai dengan arah laju pinggul aku yang maju mundur,
“ Eghhhh… Ouhhh… Sssss… Ahhhh…. ”, desahnya.

Terus menerus suara Riska terdengar keenakan. Setelah 15 menit mendadak tangan Riska memegang sangat keras kedua tangan aku yang sedang memegang pinggulnya ‘Maaasssss..” Riska menjerit tertahan…pada saat yang bersamaan, vagina Riska berdenyut-denyut keras Penis aku yang didalamnya seperti diremas-remas dengan lembut oleh vaginanya.

Riska orgasme hebat, pantatnya tidak lagi terletak dimeja pingpong tapi terangkat keras keatas. Rupanya dia sedang menikmati semaksimalnya orgasme dan keheningan sesaat yang timbul pada dirinya. Setelah dia agak tenang, aku baru kembali memompanya, terasa agak kering sekarang vaginanya, habis lendirnya.
“ Sakit, mas..sakit, mas” dia mengeluh.
“ Tanggung” pikirku, segera aku ambil pelincir USG yang tergeletak dekat kami, aku olesi kepala Penis aku dan juga vagina Riska, segera aku masukkan kembali Penis aku kedalam vaginanya, sekarang kembali licin seperti semula. “ Terus. mas, enak”…aku tetap dalam posisi semula, sekarang dengan bekal sedikit pelincir diibu jari aku, aku bantu Riska dengan menggosok-gosok kelentitnya.
Kali ini, sungguh sulit aku orgasme, konsentrasi aku buyar total, setelah Riska memanggil aku dengan sebutan,
“ Mas ”,ucapnya.
Aduh aku ini boss-nya. Tapi “ what the hell, what will be, will be ”.
Lalu akembali aku berusaha konsentrasi untuk mengeluarkan semua isi Penis aku. Rupa-rupanya “ perkosaan” aku dengan ibu jari kanan aku memakai pelincir di kelentitnya mengundang kembali orgasme Riska. Sedangkan otak aku masih berperang antara Mas dan Pak,

“ Tahan mas.tahan.aku mau keluar lagi ”, ucapnya .
Dalam hitungan menit muncullah “ Maaasss.masss..masss.” dan remasan lembut vagina Riska yang berdenyut-denyut di Penis aku. Riska orgasme untuk kedua kalinya, tetapi tidak sehebat yang pertama, tangannya meremas keras tangan kiri aku, sedangkan tangan kanan aku masih aktif di kelentitnya. Rugi, kalau aku tidak orgasme pikirku.

Segera gantian aku menutup mata, konsentrasi penuh membayangkan vaginanya Sharon Stone. Aku percepat pompaan aku di selangkangannya,
“ Akkkkhhhhhhhhhhh..” aku mendengus panjang, aku keluarkan semua isi Penis aku kevaginanya, dan aku tanamkan sedalam-dalamnya “ tongkat naga” aku..aku orgasme.
Aku tergeletak disamping Riska, dua manusia telanjang bulat dengan vagina dan Penis yang berleleran air mani. Riska memeluk aku , dijilat-jilat pelan telinga aku,
“ Maaf ya mas, sejak tadi malam memang aku lagi “ kepengin” Riska berbisik.
“ Puas mas ?, aku puas sekali ”, . . Aku mengangguk.

“ Ayo kita pulang ”, ucapku mengingatkan kepada Riska karena sudah jam 2 malam. Segera kami berdiri dan merapikan baju, Riska kekamar mandi membersihkan sisa-sisa air mani yang berleleran di vaginanya. Selesai.

0 comments:

Post a Comment