Thursday, December 1, 2016
Home »
Kisah Nakal
» Istri Abang-Ku Janda Kesepian
Istri Abang-Ku Janda Kesepian
Kisah Nakal - Perkenalkan namaku Erlang, aku seorang Pria yang sudah beristri, aku akan membagikan sedikit cerita skandalku dengam kakak iparku sendiri. Sudah menjadi kebiasaanku bersetubuh dengan wanita yang usianya lebih tua dariku. Kakak iparku yang pendiam dan agak islamik ini memang sangat membuat aku penasaran. Entah kerasukan setan mana hingga aku bisa tergiur dengan kakak iparku yang bisa dibilang dia adalah orang alim.
Awal mula kejadian ini terjadi ketika suatu hari dirumahku kedatangan tamu dari Jambi. Tamu itu ternyata adalah kakak tertua dari istriku yang bernama Anggi. Dia datang ke Jakarta dikarenakan tugas dari kantornya untuk ikut seminar di kantor pusat sebuah perusahaan pemerintah. Anggi ini mempunyai jabatan sebagai kepala cabang di Jambi.
Sampai pada akhirnya Anggi memutuskan untuk menginap dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan uang hotelnya disimpan untuk beli buah tangan. Anggi tinggal dirumahku selama 10 hari. Usia Anggi saat ini 38 tahun, status dia kebetulan adalah seorang Janda. Dia menjanda bukan karena keinginannya, tetapi karena suaminya telah meningal 1 tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Anggi ini orangnya cantik, berkulit putih, dan mempunyai tinggi yang proposional. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di tinggal dirumahku, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Anggi untuk berjalan-jalanm, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta. Kami berencana weekend ini akan pergi ke Ragunan.
Sammpai pada akhirnya tibalah Weekend yang kami nantikan. Tidak disangka rencana kamipun gagal, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Anggi jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua.
Sebenarnya aku agak malas kalau pergi tanpa istriku. Bukan karena malas mengantar, tetapi aku merasa kaku jika harus jalan berdua dengan Anggi karena orangnya pendiam. Akupun menduga Anggi pasti tidak mau, tapi ternyata dugaanku salah, Anggi ternyata setuju dengan ide dari istriku.
Ketika itu pagi-pagi sekali istriku berangkat kerja dengan naik kereta listrik (KRL) dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Anggi yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi.
Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Anggi Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Anggi. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.
Aku mengatur jebakan untuk memancing Anggi. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan mengenakan handuk aku menunggu kepulangan Anggi dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Anggi memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit.
Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Anggi. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.
Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Anggi melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan Penisku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas.
Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Anggi. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Anggi pasti melihat tubuhku yang polos dengan jAnggior yang tegak berdiri. Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak.
Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalau ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang.
“ Upzzz… ma… maaf ya Anggi, aku kira nggak ada orang, ” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu.
Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Anggi terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya. Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Anggi dan sekali lagi memohon maaf.
“ Maaf ya Anggi, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini, ” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.
Tiba-tiba seperti tersadar Anggi bergegas meninggalkanku sambil berkata,
“ i…i…iya , tidak apa-apa….. ”. Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku.
Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas smengetok pintu kamar Anggi,
“ Ada apa Erlang, ” ujar Anggi setelah membuka pintu.
Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan.
“ Anggi, maafkan Erlang ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini, ” kataku merangkai obrolan biar nyambung.
“ Nggak papa kok, cuma Anggi malu hati, sungguh Anggi malu melihat kamu telanjang tadi, ” balasnya tanpa mau menatap aku.
“ Kenapa mesti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Anggi kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu, ” kataku memancing reaksinya.
“ Sejujurnya Anggi tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Anggi malu, tanpa sadar Anggi terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Anggi sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Anggi seperti terpana, ” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan.
Aku jadi ngak tega. Kudekati Anggi dan kuberanikan memegang pundaknua seraya menenangkannya.
“ Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau. ” ucapku,
Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk.
Ketika Anggi sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Anggi diam saja. Mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.
“ Jangan Lang…dosa, ” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku.
Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Anggi sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran, puting susu sebelah kiri. Anggi menggeliat.
Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan.
Seperti dicocok hidungnya Anggi menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya. Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya, Anggi diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku, Anggi masih diam.
Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher, perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil, turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku, turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai keujung jempol kaki.
Aku tidak merasa jijik karena tubuh Anggi yang putih bersih sangat membangkitkan gairah. Kukangkangkan kakinya, Anggi masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Anggi tiba-tiba berteriak ,
“ Ahhhhhhhh…….. ”
“ Kenapa Anggi… Sakit?, ” tanyaku.
Anggi hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Anggi menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung.
“ Erlang… ayo Erlang… jangan siksa aku dengan nikmat, ayo Erlang tuntaskan… Anggi udah nggak tahan, ” katanya.
Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan Penisku kelobah surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas.
Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Anggi semakin menggelinjang. Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme , gerakan pantatku semakin cepat dan kencang.
Anggi meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang,
“ Ahhhhhhhhhhhhhhhh……., ” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.
Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku.
“ Jangan keluarin didalam… aku lagi subur, ” suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya,
“ Baik Anggi cantik, Erlang keluarin diluar ya, ” Ucapku,
Balasku sambil kembali memasukkan JAnggior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Anggi agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Anggi menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.
Sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Anggi dan kugencet batang Penisku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali Penisku meludah.
Sekujur tubuh Anggi yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Anggi bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.
“ Erlang…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Anggi rasakan, ” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.
Dengan persetujuan Anggi, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Anggi nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sesi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Anggi.
Kalau permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas, buas, dan sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.
“ Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Anggi. Sampai Uda meninggal, Anggi tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Anggi masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Anggi sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh. ”
Singkat cerita sejak kejadian itu, selama kakak iparku berada di rumahku kamipun sering melakukan hubungan Sex jika ada kesempatan. Sungguh ini adalah dosa terindah yang pernah aku rasakan, Terima kasih Anggi, you make me feel so Good.
0 comments:
Post a Comment