Wednesday, December 7, 2016

Dosenku Butuh Belaian Hangat

Dosenku Butuh Belaian Hangat
'
Kisah Nyata - kali ini menceritakan pengalaman sexs pribadi dari mahasiswa yang berhubungan sex dengan dosen bahsa jepangnya . Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.
Perkenalkan Namaku Very, aku sekarang tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi. Suatu hari terjadilah hubungun sex antara aku dengan dosen wanitaku, kisah ini terjadi saat aku menjalani masa kuliah. Saya akan menceritakan tentang pengalaman pribdi cerita dewasa dan cerita sex ku dengan dosen wanita di kampusku. Dia dosen yng mengajar mata kuliah bahasa jepang. Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku.
Berawal dari reuni SMA di Jakarta. Ketika itu aku bertemu dengan dosen bahasa Jepangku , kami mengobrol dengan akrabnya. Dia bernama Ibu Anis. Dia terlihat masih segar bugar dan sangat menggoda. Penampilannya sungguh menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos tank top sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas untuk dinikmati. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah cewek. Lumayan lama aku ngobrol dengan Ibu Anis, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.
Tidk disangka tas Ibu Anis ternyta tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam 11 malam, tinggalah disitu kami berdua dan lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Anis pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Anis memanggilku.
“ Ver…. kamu kenapa kog ngelamun ???”
“ Wah… nggak kog buk, saya nggak ngelamun”, jawabku.
Sebenarnya suasana hening didalam kelas membuat hasratku bergejolak ditambah lagi ada bu Anis disampingku, itu membuat jantungku berdebar-debar nggk karuan.hhe
.
“ Pulang yuk ver, nanti Ibu kehabisan angkutan lagi ”, Ujar bu Anis.
“ Udah nggk usah bingung buk, ibuk mendingan saya antar saja dengan mobil saya”, ujarku
dengan ragu-ragu.
“ boleh deh Ver, Terima kasih ya ver”. Jawabnya kepadaku.
Dengan tidak sengaja aku keceplosan mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Anis bahwa aku suka kepadanya, Oh my God what i’m doing (ucap dalam hatiku).
Ibu Anis-pun sejenk terdiam dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik takut dia marah , kemudian aku mengejarnya dan berusaha minta maaf.
Omong punya omong Ibu Anis ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Anis. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Anis mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, Akupun tmbah tidak mengerti dan penasaran untuk apa dia masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Akupun semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Anis menolak. Mau tidak mau aku menunggunya karena saya merasa tidak enak, lalu akupun merangkul Ibu Anis, aku mengira dia kan marah ternyata tidak kusangka di membalas rangkulanku dengan sautu ciuman. Astaga… Betapa senang dan beruntungnya aku ini ( ucap dalam batinku), lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Anis tak mau kalah, diapun menciumku dengan hasrat yang sangat besar , nampknya dia sudah lma tidak terjamah oleh kehangatan seorang pria.
Kemudian akupun mulai menyusuri kearah dadanya yang terlihat kecil dan kenyal itu. Ibu Anis-pun terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Anis mulai memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Anis membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata setelah dibuka BH-nya payudara Ibu Anis amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam dengn motif renda yang cocok sekali dikenakan dan terlihat seksi.
Dengan keadaan Ibu Anis yang setengah telanjang akupun tidak sabar lagi dan langsung kuciumi lehernya, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya.
Lalu aku pun membuka bajuku, sehingga terlihatlah badanku yang tegap dan atletis oleh Ibu Anis.
“ Ver, Ibu pingin banget bercinta denganmu sekarang, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan nafas yang mulai tidak teratur.
Tanpa pikir panjang akupun secepat kilat segera menutup pintu depan. Tentu saja agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali menghmpiri Ibu Anis. Posisiku kini jongkok di depannya, dengan menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wowwww…. betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim dan sexy.
Sambil mencium pahanya tanganku mulai menyususri pangkal pahanya, mulailah kuremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya menggemskan itu. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Anis menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Sampailah jilatanku ke pangkal pahanya yng mulus itu.
“ Ssshh… sshh kmu mau ngapain ver… Eghhhhhh…”, tanyanya lirih sambil mendesah dan memegangi kapalaku erat-erat.
“Ouhoo… ouh.. ouh… aghhhh… ”, desis Ibu Anis keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya.
Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Anis makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.
“ Uhhhhh….Aahh….. Enak sekali ver, terus ver… Belajar dari mana kamu ahhhh…”
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Anis mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Anis seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.
“ Ahhhhhh… kamu pengalaman sekali Ver… Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar.
Akupun tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.
“ Kamu juga harus telanjang juga dong ver, nggak adil kalu Cuma ibu yng telanjang…” Ibu Anis pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku.
Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Kamu juga harus telanjang mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.
“ Sepongin titit aku buk, gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil.
Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya.
“ Selama ini sama suami main seksnya gimana emangnya buk?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya.
Ibu Anis-pun tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri. Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Anis agak gemetar.
“ Aghhhhh….Oghhhhhh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya.
Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.
Tidak lama setelah 5 menit kugenjot memeknya, Ibu Anis menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan, nampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluankupun kutingkatkan dengan high speed.
“ Ouhhh… ahhhh… ehmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.
Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat.
“ Sekarang Ibu Anis berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu Anis-pun menurutiku.
“ Gaya apa lagi ini V???”, tanyanya padaku.
Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Anis kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
“ Masih kuat nggk buk ?”, tanyaku padanya .
“ Aneh-aneh saja kamu ini Ver, Rasanya tulang ibu sampai mau remuk.. hhe”.
“ Tapi nikmatkan Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“ Iya sih ver nikmat banget” jawbnya padaku.
“ Sekali lagi yuk buk, aku pingin keluarin spermaku ke memek ibu dong, udah nggak tahan lagi batang kemaluanku nih buk. Sekarang Ibu Anis yang di atas ya”, kataku sambil mengatur posisinya.
kemudian aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Anis tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. akupun segera merubah ke gaya konvensional. Ibu Anis kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku.
“ Uhhhhhhhhhh……, aku mau keluar nih aghhhhh….” Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya.
Tidak lam kemudian Ibu Anis menyusul dan mencapai klimaksnya. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Anis harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput. Sore haripun telah tiba, kujemputlh Ibu Anis dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Anis mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Anis makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“ Ahhhhhhh…Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Anis menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.
Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya.
Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya.
“ Eghhhhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Anis meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.
“ Oghhhhhh.., aduuuhh..”. Ibu Anis mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Mulailah lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Anis seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta.
“ Aghhhh…. Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Anis membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot.
Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
“ Oughhhhh… bukkkk.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.
Ibu Anis terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar.
“ Ibu Anis.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku.
Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu..,
“ Crotttttttttttt.., suuurr.., ssuuur.. Oughh.., ver.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku.
Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya,
“ Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.
“ Aghhhhhh… ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya.
Aroma kemaluanku ada di mulutnya dan aroma kemaluan Ibu Anis di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang.
“ Oughhhhh, masuk.., aughhhhhhh.., masukin”
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Anis semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau,
“ Auwwww., ssshhhh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Ver”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Anis, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Anis sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Anis segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Anis makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Anis melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri.
Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Anis tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

0 comments:

Post a Comment