Sunday, December 11, 2016

Casting Foto Model

Casting Foto Model

Kisah Nyata - Hari ini saya terbangun dari tidurku sekitar jam 7 pagi, kuhirup udara yang masih segar terasa segar karena semalam turun hujan deras. Ketika itu saya mengenakan Tangtop dan Hotpant seihingga tampaklah keindahan tubuhku, didampingi dengan indahnya Pantatku yang masih kencang dan semok. Seperti biasa setelah bangun tidur, saya selalu pergi ke teras rumahku.
Sesampainya diteras rumahku, saya melihat koran langgananku sudah tergeletak di meja teras. Kuraihlah koran pada pagi hari itu, sembari duduk bersantai di kursi, saya membaca koran terbitan hari ini. Sebagai mahasiswi managemen sayatansi saya sangat suka mebaca tentang kondisi ekonomi di IndonesDia. Setelah beberapa halaman sudah kubaca, tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah iklan yang cukup mencolok dikoran itu.
Di koran itu tertulis berita, dicari calon foto model. Syarat dan ketentuan sebagai berikut : usia 18 – 24 tahun, wajah dan penampilan menarik, bertubuh proposional. Tinggi badan minimal 164 cm, berat badan yang ideal dan berstatus singgle. Peserta yang berminat diharapkan langsung datang ke Agency, Jl. Gondangdia, JAKPUS ( Jakarta Pusat ).
Setelah membaca isi berita itu, dalam hati saya mengatakan (saya bisa diterima apa tidak yah ). Setelah sejenak berfikir, nampaknya saya memenuhi syarat-syarat yang diminta. Usia saya baru 19 tahun, Tinggi badanku 169 cm, berat badanku 56 kg. Dengan tubuh deprti ysng saya sebutkan saya juga memiliki ukuran payudara yang di atas rata-rata wanita seusia saya yaitu 34B. Kalau berbica tentang wajah saya sih kata teman-temanku kuliah, wajahku tergolong kategori cantik dan menarik. Tapi menurutku sih mereka terlalu memujiku berlebih-lebihan.
Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba melamar, barangkali saja Hoki dan nanti saya bisa jadi foto model. Kemudian saya masuk ke ke kamarku. Pakai pakaian apa yah enaknya ( batinku). Akhirnya saya mengekenakan blus biru muda dan celana panjang jeans biru belel yang cukup ketat yang baru saja beberapa hari yang silam kubeli di salah satu Mall dijakarta. Singkat cerita, akhirnya mobil yang kukendarai telah sampai jalan yang disebut dalam iklan tadi.
“ Mana yah rumah yang disebutkan di iklan ? Nah ini dia ketemu juga, ” ucapku setelah menemukan lokasi itu.
Sesampainya disana, telihat rumahnya yang cukup mewah. Terlihatlah waktu itu di halamannya papan nama yang bertuliskan Agency Photo Studio & Modelling. Nampaknya ini benar tempatnya. Kemudian kuparkirkanlah mobilku di pinggir jalan. Di lokasi itu sudah banyak juga peserta lain yang datang sebelum saya. Lalu masuklah saya ke dalam rumah itu. Astaga, Didalam sudah banyak wanita-wanita cantik disana, mereka pasti juga adalah peserta sepertiku. Sesampainya disana mereka-pun memandangiku.
Saya tidak tahu kenapa mereka memandangiku, mungkin saja mereka terpukau melihat kecantikan wajah dan keindahan tubuh saya. Pandangan mereka-pun tidaka saya perdulikan, go a head pokoknya. Lalu saya me ncari cari tempat duduk yang kosong setelah sebelumnya mendaftarkan diriku di meja pendaftaran. Gila, hampir semua tempat duduk terisi. Nah, itu dia ada satu yang kosong di sebelah seorang cewek yang cantik sekali, keturunan Indo. Wajahnya mirip Angelina Jolie . Kelihatannya Dia seumuran dengan saya.
Sungguh extreme sekali pakain yang dikenakan wanita indo itu. Dia memakai you can see, dan rok jeans diatas lutut yang ketat, sehingga menampakkan belahan payudaranya yang berukuran cukup besar. Dia nampak memandangku dan tersenyum. Melihatnya saya menjadi nervous. Wah, sainganku ini berat sekali nampaknya. Apakah mungkin saya terpilih menjadi foto model di sini ( ucap dala hati saya ). Sampailah pada waktu itu persatu para pelamar dipanggil ke ruang pengetestan, sampai si Indo di sampingku tadi dipanggil juga. Semua pelamar yang sudah ditest keluar lewat pintu lain.
“ Hana dipersilakan masuk !!! ”
Akhirnya nama saya dipanggil juga. Kemudian saya-pun bergegas untuk masuk ke dalam dan disambut oleh seorang laki-laki bertubuh agak gemuk.
“ Kenalkan saya Gilbert, direktur sekaligus pemilik agensi ini, nama kamu tadi siapa? Oh ya saya ingat, nama kamu Hana, nama yang indah, seindah orangnya. Sekarang giliran kamu ditest. Coba kamu berdiri di sana. ”
Saya-pun menurut saja dan menuju tempat yang ditunjuk oleh Gilbert, di bawah lampu sorot yang cukup terang dan di depan sebuah kamera foto.
“ Coba kamu lihat-lihat contoh-contoh foto ini. Pilih lima gaya di antaranya. Saya akan mengetest apakah kamu bisa bergaya. Jangan malu-malu, ayo explore kemampuan kamu !!! ” kata Gilbert sembari memberiku sebuah album foto.
Saya melihat foto-foto didalamnya. Ah ini sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Mudah amat! Lalu saya memilih lima gaya yang menurutku bagus. Setelah itu, jepret sana, jepret sini, lima gaya sudah saya berpose dan dipotret. Tapi Gilbert belum mempersilakan saya keluar ruangan. Dia kelihatannya seperti berpikir sejenak.
“ Nah, sekarang, Han. Coba kamu buka kancing-kancing bagiani atas blus kamu. Nggak usah malu. Biasa-biasa aja lah! ”
Kupikir tak apa-apa lah kali ini. Kubuka beberapa kancing atas blusku sehingga terlihat BRA yang kupakai. Mata Gilbert sekilas berubah saat melihat pangkal payudara saya yang montok. Lalu saya dipotret lagi dengan gaya-gaya yang sensual.
“ Nah, begitu kan yahud. Sekarang coba buka pakaian kamu semuanya. ”
Dalam hatiku berkata ( Wah Ini sih mulai namanya pornografi, sungguh kelewatan ini semua ).
“ Ayolah, jangan malu-malu! ”
Sebenarnya dalam hati saya menolak. Akan tetapi biarlah, karena saya sejak kecil selalu mengidam-idamkan ingin menjadi foto model. Dengan perlahan-lahan kutanggalkan blus dan celana panjangku. Mata Gilbert tanpa berkedip memandangi tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BRA dan CD ( celana dalam ) sexy saya.
Saya sedikit menggigil kedinginan hanya berpakaDian dalam di ruangan yang ber-AC ini. Namun Gilbert tdk mengindahkannya. Dia malah menyuruhku menanggalkan busana yang masih tersisa di tubuhku. Ah, gila ini! Tapi cueklah, hanya berdua ini! Lalu dengan membelakangi Gilbert, kulepas bra-ku. Kusilangkan tanganku di dada menutupi payudara saya.
“ Han, masak kamu balik badan begitu. Bagaimana saya bisa mengetestmu. ”
Saya membalikkan tubuh menghadap Gilbert. Dia menyuruhku menurunkan tangan yang menutupi payudara saya. Gilbert terpana menyaksikan payudara saya yang montok dan berisi dengan puting susunya yang tinggi menantang berwarna kecoklatan segar, tanpa tertutup oleh sehelai benang pun.
Saya menjadi risih pada pandangan matanya. Gilbert menyuruhku melepas celana dalamku. Dia semakin melotot melihat bagian Vaginaku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang masih tipis. Sekilas kulihat Penis di balik celana panjangnya menegang.
“ Nah, sekarang kamu diam di situ. Akan aku ukur tubuhmu, apakah memenuhi syarat ”, kata Gilbert sambil mengambil meteran untuk menjahit.
Pertama kali dia mengukur ukuran vital payudara saya. Dia melingkarkan meterannya melalui payudara saya. Dengan sengaja tangan Gilbert menyentil puting susuku sebelah kanan sehingga membuatku meringis kesakitan. Tapi saya diam merengut saja.
“ Kamu beruntung memiliki payudara yang indah seperti ini ”, kata Gilbert sambil mencolek belahan payudara saya.
“ Nah, sudah selesai sekarang. ” Saya merasa lega. Akhirnya selesailah pelecehan seksual yang terpaksa kuterima ini.
“ Jadi saya sudah boleh keluar? ” tanya saya.
“ Weitttss… siapa bilang kamu sudah boleh keluar ?! Nanti dulu, cantik ! ”
Astaga, apa lagi yang dia inginkan dariku ( ucap dalam hatiku).
“ Anggit! ” Gilbert memanggil seseorang.
Seorang wanita cantik keluar dari ruangan lain, telanjang bulat. Ya ampun, ternyata Dia adalah cewek blesteran yang tadi duduk di sampingku di ruang tunggu. Payudaranya yang montok bergantung indah di dadanya, seimbang dengan pinggulnya yang montok pula. Saya bertanya-tanya apa arti dari semua ini.
“ Nah, sekarang coba kamu lihat, Hana. Anggit ini adalah satu-satunya pelamar yang berhasil terpilih. Mengapa? Sebab Dia cocok dengan profil foto model yang saya inginkan untuk proyek kalender telanjang yang akan saya edarkan di luar negeri. Kalo kamu ingin berhasil seperti Anggit, kamu harus berani seperti dia, Han ”, kata Gilbert sambil menunjuk ke arah wanita cantik yang telanjang itu.
Sungguh gila danpornografi sekali (ucap dalam hatiku ). Saya harus dipotret telanjang. Bagaimana pandangan orang-orang terhadapku nanti apabila foto-foto telanjangku sampai dilihat orang-orang banyak?! Tapi kan cuma diedarkan di luar negeri?!
“ Baiklah, tapi kali ini aja ya ”, saya menyanggupinya.
Akhirnya saya dipotret dalam beberapa pose. Pose yang pertama, saya disuruh berbaring tertelentang dengan pose memanjang di atas ranjang, dengan membuka selangkangan saya lebar-lebar, sehingga menampakkan Vaginaku dengan jelas. Pose kedua, saya duduk mengangkang di tepi ranjang sementara Anggit menjilati liang Penisku. Pose ketiga, saya dalam keadaan berdiri, sedangkan Anggit dengan lidahnya yang mahir mempermainkan puting susuku.
Pose keempat, saya masih berdiri, sementara Anggit berdiri di belakangku dan berbuat seolah-oleh kami berdua sedang bersenggama. Anggit berperan sebagai seorang laki-laki yang sedang menghujamkan batang Penisnya ke dalam liang Vagina saya, sedangkan tangannya meremas-remas kedua belah payudara saya yang indah. Dan saya diminta memejamkan mata saya, seakan-akan saya sedang terbuai oleh kenikmatan yang tiada taranya.
Semua itu adalah gaya-gaya yang membangkitkan nafsu birahi bagi kaum laki-laki namun amat memuakkan bagi diriku. Tiba-tiba kurasakan kedua belah payudara saya diremas-remas dengan lebih keras, bahkan lebih kasar. Saya meronta-ronta kesakitan. Saya menoleh ke belakang. Astaga! Ternyata yang di belakangku sudah bukan Anggit lagi, melainkan Gilbert yang sekarang tengah mempermainkan payudara saya dengan seenaknya! Entah Anggit sudah ke mana perginya.
“ Jangan, Pak! Jangan! ” ucap saya sembari berontak.
Tapi semua itu tdk ada hasilnya. Tangan Gilbert lebih kuat mendekapku kencang-kencang sampai saya hampir tdk bisa bernafas.
“ Kamu memang benar-benar cantik, Hana ”, kata Gilbert sambil mencium tengkukku sementara tangannya masih terus merambah kedua bukit yang membusung di payudara saya.
Tiba-tiba dengan kasar, Gilbert mendorongku, sehingga saya jatuh tertelentang di sofa. Melihat tubuh mulusku yang sudah tergeletak pasrah di depannya, nafas Gilbert memburu bagai dikejar setan. Matanya melotot seperti mau meloncat keluar melihat keindahan tubuh di depannya. Kututup payudara saya dengan tanganku, tapi Gilbert menepiskannya. Betapa belahan payudara saya sangat lembut dan merangsang ketika bibir Gilbert mulai menjamahnya. Payudara saya yang putih bersih itu memang menggiurkan. Bibir Gilbert dengan buas menjilat dan melumat bagiani puncak payudara saya, lalu mengisap puting susuku bergantian, sehingga saya menggelinjang kegelian. Nafasku ikut memburu kala tangan Gilbert mulai merayap ke selangkanganku, meraba-raba selangkangan saya dari pangkal sampai lutut. Lalu betisku yang mulus itu.
Saya hampir-hampir tak bisa bernafas lagi ketika bibir Gilbert terus mengisap dan menyedot puting susuku. Saya meronta-ronta. Tapi Gilbert terus mendesak dan melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu. Seumur hidupku, belum pernah saya diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, dan kini saya harus menyerahkan diriku pada Gilbert.
Gilbert mencoba mendorong batang Penisnya masuk ke dalam liang senggama saya yang sempit. Dia sudah tak kuat lagi membendung nafsunya yang memuncak ketika batang Penisnya bergesekan dengan liang Vagina saya yang merah terbuka. Batang Penis Gilbert akhirnya menghujam seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku. Saya menjerit ketika liang Vagina saya diterobos oleh batang Penis Gilbert yang tegang dan panjang. Betapa perih ketika Penis itu terus masuk ke dalam liang Vagina saya, yang belum pernah sekalipun merasakan jamahan laki-laki.
Saya mencoba memberontak sekuat tenaga lagi. Tapi apa daya, Gilbert lebih kuat. Lagipula saya sudah lemas, tenagsaya sudah hampir habis. Terpaksa saya hanya dapat menerima dengan pasrah digagahi oleh Gilbert. Dan akhirnya, saya merasa tak kuat lagi. Setelah itu saya tak ingat apa-apa lagi. Saya tak sadarkan diri.
Saat saya siuman, saya menyadari diriku masih tergeletak telanjang bulat di sofa dengan cairan-cairan kenikmatan yang ditembakkan dari batang Penis Gilbert berceceran di sekujur perut dan payudara saya. Sementara kulihat ruangan itu telah kosong. Segera kukenakan pakaianku kembali dan bergegas ke luar ruangan. Kutancap gas mobilku untuk pulang ke rumah dan aku bersumpah tak akan pernah kembali lagi ke tempat terkutuk itu.

0 comments:

Post a Comment