Saturday, September 10, 2016

Nikmatnya Ayam Kampus Didekat Rumahku

Kisah Nakal - Minggu pagi jam sepuluh di sebuah kompleks menengah atas sebuah boil sedan KIA berwarna red wine meluncur menyusuri jalan di kompleks itu. Boil itu berhenti di sebuah rumah berlantai dua dengan pekarangan kecil di depannya. Pintu boil terbuka dan pengemudinya seorang wanita cantik berumur awal dua puluhan.


Nikmatnya Ayam Kampus Didekat Rumahku - Ada Wanita cantik yang memakai kacamata hitam menghiasi muka indonya dengan rambut merah sebahu yang dikuncir kebelakang. Badannya yang indah itu terbungkus pakaian celana sedengkul warna putih dan pakaian berkancing tanpa lengan yang berwarna sama dengan bawahannya.

Wanita itu menjulurkan tangannya ke dalem gerbang untuk mencari knop bel. Tidak lama kemudian dari dalem sana keluar seorang lelaki setengah baya yang berbadan bungkuk yang punggungnya seperti punuk unta.

“Cari siapa Neng ?” sapanya dengan terkekeh.
“Ngg…anu Pak, apa benar ini rumahnya Pak Burhan ?” tanya si wanita
“O iya bener Neng, pasti Neng ini Feisya yah ?”
“Iya Pak, bener, Pak Burhan nya ada ga ?” tanya wanita itu lagi.
“Maaf Neng, bapak dari tadi pagi keluar ke rumah familinya katanya” jawab si bungkuk itu sambil matanya memandangi badan wanita berdarah Manado-Prancis itu.
“Gitu yah, sampai kapan baru balik kira-kira ?” Feisya agag dongkol karena sudah jauh-jauh datang dan susah payah mencari tempat ini.

“Sepertinya siang ini juga pulang kok, o iya, Bapak juga pesan kalau Neng datang duluan disuruh nunggu aja di dalem”
Maka Feisya pun akhirnya memasukkan juga boilnya ke dalem sesudah lelaki berpeci itu membukakan gerbang untuknya.

“Ya…terus, maju dikit lagi, ya…stop !” lelaki itu membantunya memarkirkan boilnya.
Turun dari boil Feisya mengikuti si bungkuk, Tholik memasuki rumah itu sesudah melepas alas kaki dan menaruhnya di depan pintu. Walau tidak besar, rumah itu tertata apik, rumput-rumput dan tumbuhan di pekarangannya teratur dan indah, sisi interiornya pun berselera tinggi, tampak dari lukisan yang menghiasi dinding dan perabotan bergaya elegan.

“Neng tunggu sini aja sambil Nonton TV ya !” Tholik mempersilakannya duduk di kursi ruang tengah itu seraya menyalakan TV.
Sebagai wanita yang kaya dengan pengalaman seks, Feisya sadar bahwa sejak tadi si bungkuk itu sudah mencuri-curi pandang melihat badannya, terutama lewat sisi dadanya yang memang agag rendah membentuk huruf V, tapi dia membiarkannya saja sambil tetap bersikap wajar agar tidak memberi kesan murahan.

“Neng mau minum apa ?” tawar Tholik
“Air putih ajalah Pak” jawabnya

“Makasih Pak !” ucap Feisya dengan tersenyum kecil sesudah Tholik menyodorkan segelas air padanya.
“Ehm…Neng ini muridnya Bapak yah ?” tanya Tholik seraya menjatuhkan bokongnya duduk di sebelah Feisya.
“Iya” Feisya hanya menjawab singkat sambil menggeser badannya sedikit.
“Ada perlu apa Neng sama Bapak ?” tanyanya lagi
“Ya biasa masalah kuliah, ada yang perlu didiskusiin aja”
“Hehe…masalah kuliah atau masalah bercinta ?” tanya Tholik tanpa tendeng aling-aling sehigag menyebabkan Feisya yang sedang meneguk airnya agag tersedak dan terbatuk-batuk.
“Eehh…ngomong apaan sih Bapak ini, sopan dikit dong !” protes Feisya dengan muka memerah karena memang benar tujuannya datang ke sini adalah untuk memberi upeti syahwat untuk dosennya itu.

Sudah hampir dua bulan sejak dia megagdaikan badannya untuk menebus nilai UTSnya yang jeblok dulu. Kali ini menjelang UAS mata kuliah yang sama, Pak Burhan si dosen mesum itu menawarkan membantunya sekali lagi dengan sedikit bocoran soal dengan imbalan ‘pelayanannya’. Feisya yang memang merasa kesulitan dalem mata kuliah tersebut tentu menyambut baik tawaran itu. Untuk kali ini Pak Burhan menyuruhnya datang ke rumahnya saja dengan alasan supaya boleh lebih nyaman berduaan.

“Waduh Neng, gag usah kaget gitu, disini udah biasa kok kalau ada wanita cantik nyariin Bapak terus ngagu muridnya pasti ujungnya ga jauh-jauh dari bercinta minta dibantuin nilainya” terang Tholik,
“aku juga sering dikasih jatah kok sama Bapak makannya betah banget aku kerja disini hehehe…!” sambungnya sambil meraih lengan Feisya.

Terus terang dia merasa risih dan dilecehkan oleh tingkah dan perkataan si bungkuk yang menjijikkan itu, tapi di saat yang sama dia juga merasakan sebuah sensasi aneh yang menginginkan lelaki itu berbuat makin jauh terhadapnya. Buktinya dia diem saja saat lelaki itu meraih lengan kanannya, darahnya serasa berdesir dan bulu kuduknya berdiri ketika tangan kasar itu membelai lengannya yang mulus dan terbuka. Melihat reaksi Feisya, Tholik makin berani, duduknya makin bergeser memepet Feisya yang sudah diujung sofa. Tangannya merangkul pigagngnya dan membawa badannya dalem pelukannya. Dadanya yang montok berukuran 34C itu terasa empuk dan kenyal ketika menyenggol lengan Tholik.

“Neng Feisya, sambil nunggu Bapak main sama aku aja dulu, gini-gini aku jago muasin wanita loh, dijamin Neng pasti ketagihan”

Feisya diem tidak tahu harus menjawab apa, dia hanya merasakan lelaki itu makin erat memeluknya dan tangannya mulai berani meraba dadanya dari luar.

“Wow, payudara Neng gede juga yah, kayanya nikmat dipake nyusu, boleh ya Neng” pintanya dengan tangan meraih kancing paling atas pakaian putihnya.

“Duh jangan gitu dong Pak, gag nikmat kalau ada yang liat !” Feisya menepis pelan tangan Tholik pura-pura menolak.

“Berarti kalau gag ada yang liat nikmat-nikmat aja dong Neng, disini ga ada siapa-siapa lagi kok, tenang aja” ujarnya sambil membuka satu persatu kancing pakaian Feisya.
Pakaian itu kini sudah terbuka sehigag tampak di baliknya bra berwarna ungu tanpa tali bahu. geloragairah.com Pemandangan yang megagirahkan itu, ditambah lagi sikap Feisya yang malu-malu kucing membuat Tholik semakin terbakar gairah. Dengan terburu-buru disingkapkannya ke atas cup bra yang sebelah kanan. Lelaki bungkuk itu menatapi payudara Feisya yang montok dan kencang itu dengan bernafsu, bentuknya yang bulat dan membusung dengan pentil kemerahan itu memang meneteskan liur setiap lelaki normal yang melihatnya. Tak buang waktu lagi, dia segera melumat bongkahan kenyal itu dengan gemas.

“Aahh…ahhh…jangan digigit, oohh…pedih !” Feisya meringis sambil meremas rambut si bungkuk yang menyedoti payudaranya dengan disertai gigitan-gigitan keras maupun lembut.
Tangan Tholik mulai merayap ke punggungnya mencari kaitan branya, sesudah ketemu dia membukanya lalu menarik lepas bra itu. Mulutnya berpindah melumat payudara yang satunya sementara tangannya turun ke bawah mengelusi bokong dan paha yang masih terbungkus celana putih ketatnya. Feisya menggigit bibir dan memejamkan mata, badannya menggeliat menikmati setiap rangsangan seksual dari si bungkuk itu.

Tanpa berhenti mengenyot payudara Feisya, tangan Tholik mulai membuka sabuk yang melilit di pigagng wanita itu, disusul kancing celananya dan resletingnya. Kemudian disusupkannya tangannya lewat atas celana dalemnya. Feisya makin menjerit dan memeluk erat kepala Tholik ketika jari-jari lelaki itu menyentuh kemaluannya, dia merasakan darahnya makin bergolak, pentilnya mengeras dan kemaluannya semakin basah. Tidak disangka si bungkuk yang mirip Quasimodo dari Notredame itu mampu membawanya terbang ke awang-awang. Rasa egagn dan jijiknya mulai berkurang berganti menjadi nafsu yang meledak-ledak menuntut pemuasan. Tangan wanita itu kini mulai merambat ke selangkangan Tholik, dari balik sarungnya dia meraba sebuah gagang yang sudah mengeras.

“Hehehe, udah gatel yah pengen coba kemaluan aku Neng ?” kata Tholik sambil menaikkan sarungnya sehigag kemaluannya yang hitam menyembul keluar, ternyata di balik sarungnya dia tidak memakai apa-apa.

Kemudian Tholik menarik lepas celana Feisya beserta celana dalemnya, Feisya sendiri melepaskan pakaian yang kancingnya sudah terbuka itu. Sesaat kemolekan badannya membuat si bungkuk terpana, badan putih mulus dengan pigagng ramping, paha jenjang, dan bulu kemaluan tidak terlalu lebat itu sungguh menggiurkan. Dengan modal fisik demikian tidak heran dia mudah mendapat kerja paruh waktu sebagai SPG.

Tangan Tholik menyusuri pelosok badan Feisya dengan liar sebelum berbaring di sofa dan memintanya naik ke badannya dengan posisi 69. Begitu wanita itu naik ke mukanya, dia langsung menjilati bibir kemaluannya, dengan jarinya dia buka daerah itu sehigag lidahnya dapat menelusuri lebih ke dalem. Tanpa diminta Feisya juga mulai melakukan tugasnya. Kemaluan Tholik yang hitam dengan ujungnya yang bersunat berbentuk helm tentara itu digegagm dan dikocok perlahan. Dengan lidahnya dia jilati kepala kemaluan itu sehigag gagang itu beserta badan pemiliknya bergetar.

“Oohhh…nikmat banget Neng, udah pengalaman yah keliatannya !” jerit Tholik saat menerima serangan pertama dari wanita itu.
Selain dengan lidah, Tholik juga mengerjai lubang kemaluan wanita itu dengan jari-jarinya, jadi sambil menjilat jarinya juga aktif mengorek-ngorek lubang itu sehigag area itu semakin berlendir.

Sesekali dia mengerang merasakan nikmatnya oral seks yang diberikan Feisya. Kini Feisya sudah memasukkan gagang itu ke mulutnya sesudah memberikan pemanasan dengan menjilati permukaan gagang higag kantong kemaluannya.

“Bener kan Neng ketagihan tuh nyepongnya semangat gitu, uuhh…uhh…!”
Feisya terus melakukan aktivitasnya tanpa menghiraukan celotehan Tholik, yang terpikir di bnikmatnya kini adalah pemuasan gairah secara total. Dia mengintensifkan gamenya terhadap kemaluan itu, aksi menyedot dan menjilat divariasikannya dengan lihai.

Tholik menemukan daging kecil seperti kacang yang merupakan sisi paling sensitif dari wanita. Sisi itu dijilatinya dengan ujung lidahnya sehigag Feisya pun tidak boleh menahan erangannya dan gelinjang badannya. Sambil terus menjilat Tholik juga mengelusi bongkahan bokong dan paha yang putih itu. Tholik menggigit pelan clhitorisnya dan mulutnya melakukan aksi mengisap. Hal itu membuat badan Feisya mengejang tidak lama kemudian, dia merasa cairan kewanitaannya tumpah semua. Dengan rakusnya Tholik menyeruput cairan bening yang masih hangat itu.

“Hhhmm…nuikmat Neng…ssrrpp..srrpp…gurih banget pejunya !” ceracau Tholik dari bawah sana.
Sesudah puas melahap cairan kewanitaan Feisya, si bungkuk itu mengajaknya bangkit, dia duduk di sofa dan Feisya didudukan di pangkuannya dalem posisi memunggungi.

“Nikmat Neng barusan ? jurus isep memek aku gimana ?” tanya Tholik.
Feisya hanya mengangguk dengan nafas masih terengah-engah, tidak disangka baru ronde pertama si bungkuk itu sudah memimpin game dengan gemilang. Kata-kata kotor dan gamenya yang agag brutal itu dirasanya lain dari lelaki-lelaki yang biasa terlibat hubungan seks dengannya, kebanyakan mereka bersikap gentle dan lembut, mungkin yang gaya gamenya mendekati si bungkuk ini tidak lain adalah Jefry, si penjaga kampus tempatnya kuliah.

“Puas ga Neng, puas ga ?” tanyanya lagi yang kembali dijawab dengan anggukan “kalau puas sun dong buat hadiah” katanya sambil mendekatkan mukanya ke sebelah muka wanita itu.
Tanpa disuruh lagi, Feisya pun menengokkan muka ke samping lalu meraih kepala si bungkuk itu dan memberi kecupan di bibir. Keduanya terlibat percumbuan hot selama beberapa saat, lidah mereka saling belit dan jilat, ludah saling bertukar. Selama bercumbu Tholik selalu menggerayangi kedua payudara Feisya, sesekali juga mengelusi sisi badan lainnya seperti perut dan paha. Tanpa melepas cumbuan yang makin hot itu Tholik mengarahkan kemaluannya ke kemaluan Feisya yang bereaksi dengan mengangkat sedikit badannya, geloragairah.com dengan tangan satunya dia bahkan membuka lubang kemaluannya mempersilakan kemaluan Tholik memasukinya. Feisya melepas ciumannya untuk berkonsentrasi melakukan penetrasi, dia menekan badannya ke bawah sehigag gagang itu melesak masuk ke dalem kemaluannya, jeritan lirih terdengar dari mulutnya mengiringi proses itu.

Dia mulai menaik-turunkan badannya, kadang disertai aksi memutar. Sambil menikmati gerakan Feisya, Tholik memain-mainkan pentil susunya yang menggemaskan itu. Mulut lelaki itu menciumi daerah pundak dan lehernya, rambutnya yang terikat memudahkan Tholik mencupangi leher jenjangnya. Feisya mengerang sejadi-jadinya, kadang erangannya tersendat saat diselingi berciuman, gerakannya semakin liar saking sudah menikmatinya.

Sesudah limabelas menitan dalem posisi demikian, Tholik melepas sejnikmat badan mereka yang sudah bersatu untuk ganti gaya. Kali ini Feisya dibaringkan telentang di sofa, sesudah menyelipkan bantal kursi ke bawah kepala Feisya kembali dia masukkan kemaluannya ke dalem kemaluan wanita itu dan meneruskan genjotannya. Payudara Feisya yang bulat itu nampak turut bergerak-gerak mengikuti goncangan badannya.

“Aahhh…aaahh…Bapak mau ngecrot nih Neng, pengen dimana !” sahutnya dengan nafas memburu karena sudah diembang klimaks.

“Mulut Pak nngghh…aahh !” jawab Feisya dengan refleks.
Tholik pun lalu mencabut kemaluannya dan membawanya ke dekat muka Feisya. Maka cret…cret…dua semburan sudah keburu mengenai mukanya sebelum sempat dimasukkan ke mulut. Di dalem mulut wanita itu, kemaluan Tholik terus memuntahkan isinya yang diterima Feisya dengan hisapannya yang dahsyat.

“Oohh…nikmat Neng…telen terus pejunya…iyahh…nikmat !” ceracaunya menikmati klimaks di mulut Feisya.

Feisya menyedot dan menelan habis setiap tetes air mani yang menyemprot dari lubang kemaluan Tholik, selain cipratan di muka yang karena terlambat dimasukkan mulut, tidak ada lagi tetes lainnya yang terbuang, semua habis disedot sampai kemaluan itu mengendur di mulutnya. Tholik benar-benar puas dengan teknik oral wanita ini yang begitu ahli. Sesudah mengeluarkan kemaluan itu dari mulutnya, Feisya menyeka cipratan air mani di hidung dan pipinya dengan jari dan kemudian diemutnya jari itu. Muka nakalnya ketika itu sungguh membuat Tholik semakin kesengsem dengannya.

“Nikmat yah Neng, kayanya kok Neng demen banget minum peju, rasanya gimana emang ?” tanya Tholik sambil merengkuh badan Feisya dalem pelukannya.
“Ya gimana yah…asik aja gitu” jawabnya cuek
“Ngghh…Pak ngapain lagi sih ?” tanya Feisya ketika si bungkuk itu menunduk lalu mengenyot payudaranya.
“Mau nyusu lagi, sambil istirahat, aku seneng sih sama payudara Neng” jawabnya lalu kembali menyusul.

Sambil menyusu tangannya bercokol di kemaluan wanita itu, jarinya membelai dan mengorek lubangnya. Feisya memejamkan mata menikmatinya, rasanya seperti menyusui bayi raksasa, demikian pikirnya. Ning…Nengg…tiba-tiba saja kenikmatan mereka dibuyarkan oleh bunyi bel.
Sesaat mereka saling pandang lalu Tholik bangkit dan memakai kembali sarungnya.
“Bapak ?” tanya Feisya
“Bukan, kalau Bapak suaranya klakson boil, Neng tunggu aja, biar aku liat keluar” jawab Tholik sambil menigaglkannya.

Sepenigagl Tholik, Feisya juga bangkit menuju wastafel yang terletak di ruang makan yang menyatu dengan dapur mini di sebelah ruang tengah itu. Disana dia mencuci mukanya yang lengket bekas cipratan air mani tadi, juga berkumur-kumur menghilangkan bau air mani di mulutnya.
Feisya bercermin dan melihat di lehernya ada bekas cupangan yang memerah yang juga nampak pada beberapa tempat di payudaranya.

“Damn, besok harus pake foundation deh guwe !” omelnya dalem hati.
Sebentar kemudian terdengar suara langkah mendekat.
“Siapa barusan…aaww !” Feisya terkejut ketika menoleh ke samping ternyata ada seorang lelaki lainnya selain Tholik, refleks dia pun menyilangkan tangan menutup badannya.
Lelaki berusia tigapuluhan yang sedang menggotong tabung elpiji itu terbengong melihat pemandangan indah di hadapannya.

“Ehehe…maaf Neng, ini Bo’im yang nganterin gas, aku kira Neng udah ngeliat ada yang dateng langsung sembunyi” kata Tholik cengengesan.
“Wuih siapa nih Pak Tholik, pantes tadi lama bukanya !” tanya Bo’im terkagum-kagum “boleh ikutan gag nih acaranya ?”

Merasa kepalang basah, Feisya menurut saja saat Tholik menarik lengannya dan mengajaknya mendekati Bo’im untuk diperkenalkan. Begitu menjabat tangan Feisya, Bo’im terus mencengkramnya seperti tidak mau lepas darinya.

“Aku pegang yah tokednya Neng !” dia meminta ijin dulu untuk basa-basi.
Tangannya gemetaran ketika meraih payudara yang montok itu seolah tidak yakin boleh mendapat kesempatan emas seperti ini.

“Aje gile, ternyata guwe bukan mimpi loh, nyata, ini anget, empuk lagi” celotehnya sambil meremasi payudara itu dengan gemas.

Selanjutnya mereka mengajak Feisya kembali ke ruang tengah dan bermain di atas karpet.
“Asyik…hari ini lagi hoki ketiban rejeki boleh bercinta sama bidadari !” Bo’im bersyukur bukan main hari itu.

“Iya situ nikmat, guwe yang suwe hari ini difuck abang-abang melulu !” gerutu Feisya dalem hati.
Kedua lelaki itu pun melucuti pakaiannya masing-masing, tampak badan Bo’im yang cukup berotot sesudah dia membuka kaos hijau bekas pemilu bergambar lambang sebuah partai, maklum karena pekerjaannya memang sering mengandalkan otot. Kontras sekali perbedaannya badan Feisya yang putih mulus diantara kedua lelaki yang berkulit sawo matang itu. Kedua lelaki itu kini berdiri mengerubunginya, Feisya berlutut di tengah dengan tangan kanan menggegagm kemaluan Bo’im dan yang lain menggegagm yang Tholik. Sambil mengocok kemaluan Tholik dengan tangannya, dia membuka mulut memasukkan kemaluan Bo’im ke mulutnya.

Lelaki berkumis tipis dan berjenggot mirip teroris Amrozy itu menjerit tidak karuan saat kemaluannya diemut-emut Feisya, lidah wanita itu bergerak liar menyapu gagang dan kepala kemaluannya diselinggi pijatan lembut pada zakarnya.

“Eh, terusin lagi dong Neng, kok udahan sih ?” protes Bo’im ketika Feisya berpindah mengoral kemaluan Tholik.

“Gantian dong Bang, mulut aku kan cuma satu, lagian kalau buru-buru keluar mana nikmat ?” jawab Feisya agag sewot “udah dikasih gratis aja banyak protes lu !” omelnya dalem hati.
Puas menikmati mulut Feisya, Bo’im pindah ke belakang Feisya dan berlutut disana, pigagng Feisya ditariknya ke belakang higag menungging, diciuminya sisi samping badan wanita itu sambil menggesek-gesekkan kemaluannya pada belahan bokong Feisya. Gesekan-gesekan ini membuat gairah Feisya makin membara sehigag hisapannya pada kemaluan Tholik pun makin liar. Saat kepala kemaluan Bo’im menyentuh bibir kemaluannya, dia menekan benda itu higag melesak masuk ke dalem kemaluan Feisya.

“Aaahh…!!” erang Feisya panjang.
Tanpa buang waktu lagi, Bo’im menggenjot kemaluan Feisya dengan kasar higag badan wanita itu terguncang hebat. Erangan wanita itu teredam karena tidak lama kemudian Tholik menjejali mulutnya dengan kemaluannya dan memaju-mundurkan pinggulnya seperti aksi bersegagma. Disodok dari dua arah begitu, Feisya agag gelagapan apalagi gaya mereka menjurus ke brutal. Tapi sebentar saja dia sudah membiasakan diri dan menikmatinya, kulumannya kini sudah lebih teratur dan sudah dapat mengikuti irama genjotan Bo’im.

“Aduhay banget nih, memeknya mantep abis, baru pernah guwe nyobain yang ginian !” ceracau Bo’im sambil mempercepat tempo gerakannya.
Dalem waktu limabelas menit, Bo’im sudah berhasil membuat Feisya klimaks panjang, cairan kewanitaannya mengalir dengan deras membasahi daerah selangkangannya. Jeritannya tertahan karena dia sedang sibuk mengulum kemaluan Tholik dan kepalanya dipegangi oleh si bungkuk itu.
“Masukin disini boleh yah Neng ?” tanya Bo’im sambil mencucukkan jari ke dubur Feisya.

“Tapi jangan kasar-kasar dong Bang, sakit” Feisya memperingatkannya
Kemudian Tholik berbaring di karpet dan menaikkan Feisya ke kemaluannya dan Bo’im mengarahkan miliknya ke sisi anus.

“Hhhssh….pelan-pelan aaahh…jangan kasar !” rintih Feisya dengan muka meringis ketika dua kemaluan itu melakukan penetrasi pada dua lubangnya.

Feisya mencengkram kuat-kuat bahu Tholik yang dibawahnya menahan rasa pedih. Sesudah kedua gagang itu berhasil menancap, mereka memberinya waktu sebentar untuk beradaptasi. Butir-butir keringat nampak pada muka dan badannya hasil pergumulan liarnya barusan. Semenit kemudian baru mereka mulai bergerak, mula-mula dengan aksi pelan, tapi lama-lama makin liar. Cairan yang dihasilkan kewanitaan Feisya berfungsi sebagai pelumas yang memperlancar sodokan-sodokan kemaluan di daerah itu. Tholik tidak menyia-nyiakan payudara Feisya yang menjuntai dan bergerak-gerak di atas mukanya, mulutnya menyedoti payudara kiri wanita itu sampai pipinya kempot sementara tangannya meremas dan memilin-milin pentil payudara yang satunya. Sementara Bo’im, sambil menyodomi dia melumat bibir Feisya yang menengokkan mukanya. Feisya yang sudah terbiasa dengan keliaran seperti ini serta-merta mengeluarkan segenap keahliannya untuk mengimbangi kedua lawan mainnya itu.
Yang lebih dulu klimaks pada ronde itu adalah Bo’im, mungkin karena sempit dan sudah sejak tadi dia bekerja. Feisya merasakan cairan kental yang hangat itu memenuhi bokongnya dan meluap higag membasahi daerah sekitarnya. Sepuluh menit kemudian baru dirinya kembali mencapai puncak bersama dengan Tholik. Air mani Tholik menyemprot di dalem rahimnya bercampur dengan cairan klimaksnya. Erangan klimaks mereka terdengar nyaring memenuhi ruangan itu. Akhirnya Feisya ambruk menindih Tholik di bawahnya, payudaranya yang kenyal itu mengencet dada si bungkuk. Baru beristirahat sebentar nafsu Bo’im kini bangkit lagi, ditariknya badan Feisya yang belum pulih sepenuhnya dan ditelentangkan di karpet, dibentangkannya kedua pahanya yang jenjang, dia sendiri mengambil posisi diantaranya untuk menembak.

“Aduh sabar dikit dong Bang, aku kan masih capek” pinta Feisya dengan suara lemah.
“Maaf Neng waktu aku gag banyak, kalau bos nyari akunya ga ada boleh di PHK, tapi kalau bercinta sama Neng kan kapan lagi, jadi harus dipuas-puasin dong !” jawab Bo’im tanpa menghiraukan permohonan Feisya.Gelora birahi Feisya pun akhirnya pasrah saja menuruti kemauan lelaki mirip Amrozy itu.

 Dia disebadani denga kedua pahanya mekakangkang dan betisnya dinaikan lelaki itu ke bahunya, kadang tangannya yang kasar meremas payudaranya, lekuk-lekuk badannya yang indah tidak ada yang lolos dari jamahan tangannya.

 Sementara itu Tholik beristirahat di sofa, dia hanya meNonton sambil menikmati rokok, dengan usianya yang sudah lebih dari setengah abad tenaganya tidak lagi sekuat si tukang antar gas yang sedang berasyik-masyuk di depannya itu.

Kurang lebih setengah jam Bo’im mengerjai Feisya dengan berbagai cara, ditindih, dipangku, dan menyamping, tapi lelaki ini belum menunjukkan akan mengaghiri perkosaan terhadapnya, padahal dia sudah klimaks sekali di mulut wanita itu, sisa-sisa air maninya masih nampak di sudut bibir si wanita. Kini ketika sedang gaya woman on top, si bungkuk itu menghampiri mereka bermaksud kembali bergabung.

“Oh, Tuhan sampai kapan…!” keluh Feisya dalem hati karena dia sudah kewalahan.
Untungnya kali ini si bungkuk cuma mau minta netek, dia berjongkok di sampingnya dan meraih payudaranya untuk dikenyot. Melihat Bo’im yang sudah melenguh lebih panjang dan kemaluannya terasa berdenyut di kemaluannya, Feisya mempercepat gerakan badannya agar cepat selesai. Tidak lama lelaki itu pun klimaks, tapi Feisya masih menaik-turunkan badannya karena tanggung higag 2-3 menit kemudian saat dia juga menyusul ke puncak. Dia langsung menjatuhkan diri ke samping sesudah itu, nafasnya ngos-ngosan dan badannya sudah bermandikan keringat, dia sudah tidak mampu lagi menggerakkan badannya karena tulang-tulangnya serasa mau patah sesudah sekitar dua jam disebadani, pandangannya makin kabur higag semuanya menjadi gelap. Rasa lelah sudah membuatnya tertidur nyenyak.

Feisya membuka mata perlahan-lahan dan menemukan dirinya berbaring di sebuah ranjang empuk, badannya yang masih telanjang hanya ditutupi selembar selimut. Ikat rambutnya sudah terbuka sehigag rambutnya kini tergerai, dia menemukan jepit rambutnya diletidakkan di rak pada kepala ranjang. Kesadarannya berangsur pulih dan matanya memandang sekeliling kamar yang berwallpaper krem dan berhiaskan beberapa perabotan klasik itu. Jam weker di meja kecil sebelah ranjang menunjukkan pukul 4.35 dan langit di luar sudah menguning.

“Dimana ini ? guwe tidur berapa lama nih ?” tanyanya dalem hati.
Tiba-tiba pintu membuka dan seseorang masuk.
“Oh, bangun juga loe akhirnya Feis” sapa orang yang masuk itu yang tidak lain adalah Pak Burhan yang ditunggu sejak tadi. “maaf ya tadi Bapak ada acara keluarga jadi agag telat pulangnya”
“Yah, whateverlah…yang pasti guwe sekarang udah pegel-pegel tau !” omel Feisya dalem hati tapi dia tetap tersenyum kecil dibuat-buat.

Lelaki tambun itu duduk di tepi ranjang dan menyodorkannya segelas minuman hangat.
“Ini kebetulan Bapak baru buatkan untuk loe teh jahe, diminum yah mumpung hot biar seger” tawarnya.

Feisya menyandarkan bantal ke kepala ranjang dan dengan susah payah bangkit untuk duduk bersandar disana. Kemudian dia menerima gelas yang disodorkan dosennya. Payudaranya yang keluar dari selimut dan terekspos membuat pandangan lelaki itu tertumbuk ke sana.

“Tholik bilang tadi siang loe kerja keras ya, sama si Bo’im juga, keliatannya loe masih capek hari ini” kata lelaki itu
“soal janji kita, Bapak gag akan maksa loe hari ini kalau loe udah ga kuat, loe boleh pulang sesudah mandi” lanjutnya.
“Ga apa-apa kok Pak, hari ini aja biar cepet beres, aku masih kuat kok” jawab Feisya sesudah meneguk sedikit minumannya.
“Tapi kan ini udah mau gelap, lagian malam minggu apa loe ga ada acara sama pacar loe mungkin ?”
“Gag, gag apa-apa kok, boleh aku atur lagi jadwalnya Pak ?” padahal dalem hatinya dia berkata
“yah kepaksa deh !”
Feisya memutuskan demikian dengan pertimbangan agar masalah ini cepat selesai dan dia boleh lega saat ujian nanti karena sudah mendapatkan bocorannya, untuk itu terpaksa dia harus mengorbankan janji Nonton dengan pacarnya malam ini.

“Pak, boleh tolong ambilin tas aku disana dong !” pintanya sambil menunjuk sebuah kursi dimana tas jinjingnya diletidakkan, di bawah tas itu ada pakaiannya yang sudah dilipat rapi, entah Tholik atau Pak Burhan sendiri yang meletakkannya disana Feisya mengeluarkan ponselnya dari tas kecil itu, dua miscall dan empat sms sudah masuk.

“Katanya loe tadi disodomi yah Feis, sekarang apa masih sakit ?” tanya lelaki itu.
“Iya sih lumayan, abis tuh orang kasar banget sih Pak” jawabnya sambil jarinya memencet-mencet tombol ponselnya membalas SMS yang masuk.
“Bentar yah Pak, aku mau nelepon dulu” katanya
“Eh, Di sorry yah kayanya Nontonnya lain kali aja deh, soalnya malam ini guwe ada acara sama saudara guwe” dia berbicara pada orang di telepon.
“Iya tadi HPnya di silence jadi guwe ga denger, guwe kan lagi di mal tadi”
Pak Burhan memegang-megang payudara Feisya ketika dia sedang berbicara di telepon.
“Iya-iya…abis kan guwe udah dipanggil gini jadi gagg nikmat nolaknya, lagian jarang ketemu sama mereka juga”
“Besok guwe janji ke rumah lu deh…iya pokoknya besok I’m yours one hundred percent deh…ok sayang, udah ya guwe mau siap-siap dulu sekarang…ok bye…I love u too !”
“Ok Pak, semua udah beres, sekarang terserah Bapak aja, kita mau ngapain nih ?” katanya sesudah menutup pembicaraan dengan ponselnya.
“Pacar loe Feis ?” tanya lelaki itu yang dijawab Feisya dengan anggukan.
“Udah berapa lama nih ?” tanyanya lagi.
“Baru sebulan lebih kok, tenang dia orangnya gag neko-neko kok Pak, jadi aku yang lebih kuasa hihihi”
“Apa dia di fakultas kita ?”
“Gag, anak hukum kok, dua tahun lebih muda dari aku”
“Wah-wah suka sama lelaki lebih muda loe yah loe Feis ?”
“Gagg juga sih, ya coba-coba aja, orangnya ga banyak omong sih, jadi aku juga boleh ngatur gini-gitunya, lagian cakep terus kantongnya tebel lagi Pak” Feisya senyum-senyum menceritakan pacarnya itu.
“Dasar loe nakal yah” Pak Burhan mencubit pentilnya sambil berkata dalem hati “dasar lonte kampus tukang morotin kantong orang”

“Mandi yuk Feis, biar badannya nikmat, Bapak juga belum…barengan aja !” ajak Pak Burhan berdiri dan membuka kaosnya higag perutnya yang bulat tampak, kemaluannya yang sudah mengacung juga keluar sesudah dia membuka celana pendeknya.
Feisya meneguk teh jahenya higag habis lalu menjulurkan tangan minta dibantu bangun. Pak Burhan mendekatinya tapi bukan menarik tangannya tapi malah mengangkat badan wanita itu dengan dua lengannya sehigag dia menjerit kecil dan tertawa cekikikan.

“Hup…iyah…hehehe, berat juga loe” Godanya.
Pak Burhan kemudian mencumbunya sekitar setengah menit lalu dibawanya memasuki kamar mandi yang menyatu dengan kamar itu, disana baru badan Feisya diturunkan pelan-pelan. Dinyalakannya kran shower, sesudah suhunya dirasa cukup hangat dia panggil wanita itu bergabung di bawah siraman shower. Hhmmm…seger sekali pikir Feisya, air hangat itu mengurangi kepenatan badannya, bekas air mani dan ludah yang menimbulkan rasa lengket juga hilang seketika. Kemudian dia merasa pigagngnya dirangkul dari belakang, perut tambun lelaki itu menempel di punggungnya, selain itu juga di bawah dia merasakan benda panjang menggesek bokongnya.

“Bapak bantu sabunan yah, biar wangi” katanya seraya mengambil segagang sabun dari tempat sabun.

Feisya membiarkan sabun dan tangan lelaki itu membelai badannya, Pak Burhan yang berpengalaman itu menggosok badan Feisya dengan lembut sehigag gairahnya mulai bangkit lagi.
Feisya sesekali menjerit selama badannya disabuni terutama ketika Pak Burhan sedang menyabuni daerah-daerah sensitifnya. Sementara tangannya yang kanan menyabuni payudaranya, tangannya yang kiri memilin dan memencet-mencet pentil payudara yang licin itu. Belaian itu makin menurun ke bawah, lelaki itu berjongkok menyabuni bokong dan kedua belah kakinya yang ramping itu, tidak ada yang terlewat higag ke ujung kaki. Maka sekarang badan Feisya dari leher ke bawah sudah licin dan berbusa oleh sabun. kemudian dia berdiri lagi dan mengarahkan sabunnya ke tempat terakhir yang belum disabuni, kemaluannya.

“Nah, disini juga harus dikramas kan banyak bekas air mani dan ludahnya” katanya.
“Hati-hati yah Pak nyucinya sabunnya jangan sampai masuk ke dalem”
“Tenang Bapak hati-hati kok ke yang satu ini” katanya mulai menggosok.Gelora birahi
Feisya menjerit saat lelaki itu mencuci daerah itu, karena daerah itu sangat sensitif, jari-jari gemuk lelaki itu sering menggesek bibir kemaluannya menimbulkan rangsangan. Sesudah selesai menyabuni Feisya dia menyabuni badannya sendiri dengan agag terburu-buru sesudahnya dia taruh kembali sabun itu pada tempatnya. Dipeluknya badan Feisya higag payudara wanita itu menghimpit dadanya. Mulut mereka makin mendekat dan bertemu, merekapun terlibat percumbuan yang hot, lidah masing-masing saling beradu dalem mulut. Di tengah percumbuan Feisya tiba-tiba menggesekkan payudaranya pada dada dosennya, badan mereka yang sudah licin makin menambah sensasinya.

“Wow, apa tuh Feis, loe nantangin Bapak nih ceritanya ?” kata Pak Burhan melepas sejnikmat ciumannya.
“Gimana Pak Thai massage aku, asyik gag ?” Feisya tersenyum nakal pada dosennya itu.
“Loe emang pinter nyenengin lelaki, ayo lagi dong !” kembali lelaki tambun itu melumat bibir Feisya.
Dielusnya punggung wanita itu ke bawah, sampai di bokong, diremasnya kedua bokongnya yang sekal itu dengan gemas. Hampir lima menit lamanya mereka bercumbu sambil raba-rabaan sebelum akhirnya memisahkan diri dengan nafas memburu. Pak Burhan mengajaknya ke tengah siraman air untuk membilas badan. Ketika membersihkan sisi kemaluan sekali lagi lelaki itu menggosoknya atau kalau boleh dikatidakan menggerayanginya dengan teliti, sesudah busanya terbilas dia memasukkan jarinya mengorek-ngorek sisi dalemnya sehigag Feisya pun menjerit dan menggelinjang.
“Biar bersih luar dalem” demikian katanya karena dia ingin menikmati Feisya dalem keadaan sebersih mungkin sesudah dipenuhi bekas pergumulannya tadi siang.
Sesudah selesai membilas badan, Pak Burhan mengambil handuk dan menghanduki badannya sebelum menghanduki dirinya sendiri. Sesudahnya kembali diangkatnya badan wanita itu dan keluar dari kamar mandi, sampai di ranjang dibaringkannya dia pelan-pelan.
“Hmm…coba loe tengkurap, biar Bapak pijatin loe supaya lebih nikmat” suruhnya.
“Yang nikmat yah Pak, jangan malah jadi sakit tulang ntar” sahut Feisya tersenyum dan berguling ke kanan membalik badannya.
Pak Burhan pun memulai pijatannya dari tenguk, bahu, dan punggung. Feisya merasakan pijatannya memang nikmat dan nyaman, sesekali tangan lelaki itu sengaja melenceng ke samping badan menyentuh payudaranya. Pemanasan yang sejak di kamar mandi tadi saja sudah membangkitkan nafsunya lagi, kini pijatan itu semakin membuatnya merasa nikmat dan siap memulai ronde selanjutnya. Pijatan Pak Burhan makin turun ke bawah, mengelus bokongnya sekilas, lalu turun menguruti pahanya, terus ke bawah, betis higag telapak kaki. Kemudian Feisya merasa betisnya ditekuk higag terangkat, selanjutnya dia merasakan lelaki itu mengemuti jari-jari kakinya.
“Mmmhhh…!” desisnya terangsang.
Ciumannya lalu naik ke betis, paha, dan ketika sampai bokong dia balikkan badan wanita itu higag telentang. Pak Burhan mendekatkan mukanya pada kemaluan wanita itu, Feisya melihat ke bawah betapa liar tatapan dosennya itu melihat daerah kemaluannya dari dekat, digesekkannya paha mulusnya pada pipi lelaki itu mengGodanya.
“Ssshhh…Pak !” desisnya begitu lidah lelaki itu menjilati bibir kemaluannya.
Lidah Pak Burhan masuk menjilati sisi dalem kewanitaannya, aroma kemaluannya Feisya yang wangi karena baru saja dicuci dan rutin dirawat dengan cairan pembersih membuat dosennya semakin bernafsu melumatnya.

Badan Feisya menggeliat-geliat dan mulutnya menjerit liar saat dosennya memainkan lidahnya di kemaluannya. Tangannya meremas rambut dan menekan muka lelaki itu menginginkan lelaki itu terus melakukannya dan jangan pernah berhenti.
“Masukin Pak, aku udah kepengen” pinta Feisya dengan lirih.
Merasa kemaluan itu sudah cukup berlendir, Pak Burhan pun menempelkan kepala kemaluannya disana. Meski sudah kehilangan keperawanannya sejak lama dan sering melakukan seks bebas, Feisya sangat memperhatikan perawatan badannya termasuk daerah yang satu ini sehigag ketika Pak Burhan memasukkan kemaluannya ke sana dia merasa sangat sempit. Dia mendiemkan sebentar kemaluannya sesudah berhasil melakukan penetrasi. Rasa hangat dan basah pada kemaluannya yang dijepit kemaluan Feisya mendatangkan rasa nikmat baginya. Ditatapnya ekspresi muka muridnya itu saat meresapi momen ini.
“Nikmat sekali Feis, masih sempit kaya perawan, emang kapan loe pertama kali ngeseks ?” tanya Pak Burhan.
“Limabelas tahun Pak, waktu awal SMA dulu”
“Oh ya, sama siapa itu ?” tanyanya lagi.
“Mantan aku, udah lama putus aahh…!” jeritnya karena begitu menyelesaikan kata-katanya Pak Burhan langsung menyentidak pinggulnya.
Sambil menggenjot Pak Burhan menciumi bibir Feisya berulang-ulang. Saat itu tiada batasan antara dosen dengan murid maupun perbedaan ras, agama, dll yang ada adalah sepasang manusia yang terlibat hubungan seks yang hot.
Feisya sangat menikmati sentuhan dan sodokan yang diberikan Pak Burhan yang seusia dengan ayahnya ini. Dia melingkarkan lengan memeluk lelaki itu, kakinya juga dia lingkarkan pada pigagngnya seperti tidak ingin dilepaskan. Lelaki ini melakukan persebadanan dengan kombinasi lembut dan kasar secara beraturan sehigag membuatnya merasa diperlakukan seperti ratu, tidak seperti dua orang tadi siang yang gayanya primitif dan kasar, tapi bagaimanapun baginya seks tetap sama, variasi apapun mempunyai kenikmatannya tersendiri. Ketika sedang larut dalem persebadanan itu dia agag kaget saat melihat seraut muka di jendela kaca yang terletak di atas pintu masuk kamar. Muka dengan mata sipit sebelah itu tidak lain Tholik yang tadi siang mengerjainya, karena sudah terbiasa Feisya pun membiarkan orang itu mengintip persebadanan dengan dosennya ini, Pak Burhan sendiri sepertinya tidak tahu karena dia membelakangi pintu. Tidak lama mereka berganti posisi, Feisya bertumpu dengan kedua lutut dan sikunya, dari belakang Pak Burhan kembali menjejali kemaluannya dengan kemaluannya. Mulut lelaki itu menceracau tidak karuan sambil meremas-remas payudara Feisya.
“Uhhh…uhhh…bener-bener memek yang nikmat, geraknya juga nikmat !” katanya “lonte…berapa harga paling mahal buat nih memek hah…berapa paling mahal pernah loe jual ?” kata-kata yang tidak pantas diucapkan seorang dosen itu terlontar begitu saja.
“Lima…ahh…lima juta !” sahut Feisya sambil menjerit, dia tidak merasakan itu merendahkannya karena dia mengagagp kata-kata kotor itu hanyalah bumbu dari seks yang menambah nikmat aktifitas ini.
Sesudah kurang lebih duapuluh menit, erangan panjang keluar dari mulut Feisya, badannya mengejang dan tangannya mencengkram erat-erat bantal yang dipeluknya. Kontraksi otot kemaluan dan cairan kewanitaan yang menghangatkan kemaluan Pak Burhan membuatnya semakin gencar menyodok kemaluan wanita itu. Tiga menit kemudian diapun menyusul klimaks, kemaluannya ditekan dalem-dalem saat menyemburkan air maninya. Mereka pun terbaring lemas bersebelahan. Feisya menoleh ke samping ke arah jam weker yang kini menunjukkan jam enam kurang sepuluh menit, langit pun sudah gelap. Lalu dirasakannya tangan lelaki itu menggegagm tangannya.
“Bagus Feis…loe kuat sekali, Bapak bener-bener puas” kata Pak Burhan.
Feisya tersenyum menagagpi pujian itu seraya menarik selimut menutup sesisi badannya karena dinginnya AC.
“Rokok ?” tawar Pak Burhan menyodorkan sekotak Malboro padanya.
“Gag…makasih Pak, lagi ngurangin” tolak Feisya sopan.
Lelaki itu menyulut rokoknya, mereka ngobrol-ngobrol sebentar sambil mengumpulkan tenaga. Tholik sudah tidak nampak lagi di jendela sana.
“Kita makan malam dulu yah abis ini, udah gitu baru kita bicarakan mengenai soal ujian itu, loe pasti lapar kan” kata lelaki itu.
Feisya turun dari ranjang menuju ke kamar mandi, disana dia membasuh badannya dari sisa-sisa persebadanan dan buang air kecil.
“Loe pakai ini aja dulu, maaf disini gagg ada wanita sih, jadi pakaian laki-laki semua” kata Pak Burhan memberikan sebuah kemeja putih bergaris-garis biru muda miliknya.
Feisya lalu memakai kemeja itu, pakaian yang kebesaran itu menutupi badannya higag lutut ke atas sedikit, lengannya digulung higag siku karena kepanjangan, dibaliknya dia hanya memakai celana dalem. Aroma badan bapak-bapak terasa pada kemeja itu.
“Dibuka sedikit gini…nah kan seksi, loe memang cantik Feis !” pujinya pada penampilan Feisya yang seksi itu dengan empat kancing atas terbuka sehigag memperlihatkan sesisi dadanya.
Mereka turun ke bawah dan melihat Tholik sedang meNonton ‘Bajaj Pakaianri’ di ruang tengah. Si bungkuk itu terpana melihat penampilan Feisya yang menyegarkan mata dengan rambutnya yang kini terurai.
“Makanannya sudah ?” tanya Pak Burhan padanya.
“Udah beres semua Pak, masih hangat lagi” jawabnya.
Dengan gentleman Pak Burhan menarikkan kursi untuk Feisya sebelum duduk, lalu disendokkannya juga nasi untuknya. Lauknya berupa ikan goreng, tempe bacem, dan capcay.
“Boleh makannya Feis ? maaf ya disini lelaki semua sih jadi masaknya juga gitu-gitu aja, paling beli di luar kalau mau nikmat” kata lelaki itu berbasa-basi.
“Nikmat kok Pak, lagian aku juga makannya gag macem-macem, takut gendut hihihi” kata Feisya.
“Eh…udah jangan Feis, biar Pak Tholik aja !” kata Pak Burhan ketika Feisya ingin mengambil piringnya yang kosong dan mencucinya.
“Udah gagg papah kok, aku di kost juga biasa nyuci sendiri” Feisya tetap mengambil piring bekas dosennya itu.
“Waduh jadi ngerepotin loe aja Feis, ya udah Bapak ke atas dulu yah, sakit perut nih sekalian mau ambilin soal ujiannya” lelaki itu pun menigaglkan Feisya di ruang makan yang menyatu dengan dapur itu.
Feisya mencuci piring-piring dan gelas bekas itu di tempat pencucian, sebentar saja dia sudah selesai karena hanya dua itu. Ditaruhnya cucian itu pada tempat pengeringan lalu dia mencuci tangannya. Ketika berbalik badan dia terkejut dan menjerit kecil karena dibelakangnya ternyata Tholik sudah berjongkok mengintip badannya lewat bawah, entah sejak kapan dia disitu.
“Ahh…ngapain sih Bapak ngagetin aja, ngapain sih !”Gelora birahi
“Hehehe…cuma ngintip dikit kok, mau tau pake daleman atau gag, eh taunya pake yah” jawabnya cengengesan dengan muka mesum “kenapa gag dibuka aja Neng biar adem ?”
“Jorok banget sih Pak ngomongnya !” Feisya cemberut dan berjalan melewatinya.
“Ee-ee…tunggu dulu dong kok buru-buru gitu ?” kata Tholik mencengkram lengan Feisya “aku mau tau yang atasnya pake daleman juga ga hehehe !” seraya menyusupkan tangan lewat pinggir kemeja yang kancingnya terbuka, payudaranya yang tidak pakai bra itu langsung dipencet-pencet olehnya.
“Ih…jangan, lepasin Pak, lepasin…ntar Bapak ngeliat !” Feisya meronta dan minta dilepaskan.
Tapi dengan kasar Tholik malah mengangkat dan mendudukkan Feisya di platform lapis marmer dekat tempat cuci piring itu. Kemeja yang kebesaran itu dia peloroti sebatas dada higag kedua payudara Feisya menyembul keluar. Mulutnya lantas mengenyoti yang sisi kiri dan tangannya meremas yang kanan. Nampaknya si bungkuk ini memang tergila-gila dengan payudara Feisya yang bulat seperti bakpao itu, posturnya juga tegag dan kencang sehigag tidak heran kedua daging kenyal itu memang sering jadi bulan-bulanan oleh siapapun yang pernah mencicipi badannya. Tangan Tholik yang satu lagi bekerja di bawah mengelusi paha Feisya dengan lembut meresapi setiap jengkal kehalusan kulit pahanya, elusannya naik higag mencapai selangkangan, disana tangannya menarik lepas celana dalemnya. Feisya yang sudah mulai terangsang menggerakkan kaki membantu celana itu melolosi kakinya.
“Pak…udah dulu, Bapak ntar lagi turun !”
“Gagg apa-apa kok Neng, lagian sebentar aja kok” kata Tholik mengeluarkan kemaluannya dari balik sarung dan menempelkannya pada kemaluan Feisya.
Tholik menghujamkan kemaluannya higag masuk dan menggenjotnya dengan kecepatan tinggi. Feisya menjerit-jerit dan makin erat memeluk punggung bungkuk Tholik.
“Udah makan loe Lhik ?”tanya Pak Burhan yang kehadirannya tidak mereka sadari.
“Iya…sebentar abis ini !” jawab Tholik sambil terus menggenjot Feisya.
Feisya agag heran juga ketika melihat reaksi dosennya yang bersikap biasa saja melihat pembantunya berbuat demikian. Dia makin yakin kalau si bungkuk ini memang sering mendapat ‘jatah sisa’ dari majikannya itu.
“Gila tuh dosen, pantes cerai ama bininya” demikian kata Feisya dalem hati.
Mereka hanya melakukannya secara kilat, tidak sampai sepuluh menit keduanya klimaks hampir berbarengan. Cairan hasil persegagmaan mereka menetes sesisi pada marmer di bawah badan Feisya. Feisya pun lalu turun dari situ sambil merapikan lagi kemejanya dan memakai celana dalemnya. Tholik berjalan ke meja makan dan mulai makan.
“Gimana udah beres ? ayo duduk sini, sekarang Bapak kasih tau soalnya ?” Pak Burhan menyuruhnya duduk di sofa ruang tengah itu.
Mereka pun terlibat pembicaraan mengenai ujian, Pak Burhan memberitahu jawaban-jawaban soal yang akan diujikan itu pada Feisya.
“Nah gimana? Loe udah nangkap semua? Jangan bilang siapa-siapa tentang ini yah, bahaya !” kata lelaki tambun itu.
Feisya mengangguk, kini dia sudah lega sesudah menempuh jalan pintas untuk melewati mata kuliah yang membuatnya pusing itu.
“Bapak dikasih apa nih udah gitu ?” tanyanya sambil cengengesan.
Feisya pun mendekatinya dan memberi kecupan di pipi kiri dan juga kanan.
“Sini…sini belum !” katanya lagi sambil memonyongkan bibirnya.
Feisya pun mendaratkan ciuman ringannya ke bibir tebal itu, tapi begitu bibir Feisya menempel dia langsung memeluk wanita itu dan menempelkan bibirnya lebih lekat ke bibir mungilnya. Kemudian dia membuka celananya pendeknya sehigag kemaluannya yang sudah menegang keluar dan disuruhnya Feisya mengoralnya. Sambil bersandar di sofa dan meNonton TV dia menikmati sepongan Feisya. Lelaki itu melenguh dan tangannya meraba-raba badan wanita itu, sepertinya dia sudah tidak konsen dengan acara di TV karena saking kenikmatannya.
“Ngapain disitu ? ayo sini, ikutan aja jangan ngintip-ngintip gitu !” Pak Burhan memanggil Tholik yang sedang mengintip adegan mereka di pinggir tembok yang memisahkan ruang tengah dengan ruang makan.
Karena sudah horny Feisya cuek saja dan membiarkan Tholik bergabung dengan mereka. Malam itu dia dikerjai mereka berdua habis-habolehn sampai akhirnya dia harus menginap di rumah itu karena lelah dan hari sudah terlampau malam. Dia tidur di kamar Pak Burhan bersama lelaki itu yang mendekap badannya bagaikan guling.
“Akhirnya ga sia-sia guwe ngelembur dulu, good bye deh ama pelajaran edan ini” kata Feisya dua minggu kemudian sesudah melihat hasil ujiannya yang mendapat B+ lewat internet

0 comments:

Post a Comment